IHSG Sempat Dibekukan, Investor Diproyeksi Terus Lakukan Aksi Jual

18 Maret 2025 12:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). Hal ini dipicu oleh penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5,02 persen ke 6.146.
ADVERTISEMENT
Hingga pukul 11:31 WIB, ada 552 saham anjlok. Perdagangan akan dilanjutkan pukul 11:49:31 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan.
Ekonom Bidang Industri dan Global Markets dari Bank Maybank, Myrdal Gunarto meyakini volatilitas di pasar saham domestik masih akan terjadi dengan tekanan jual yang tinggi pada saham-saham yang relatif mahal, sehingga menimbulkan pergerakan teknikal reversal selama kondisi global yang kurang baik.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), aliran modal asing pada pekan pertama Maret 2025 mencatatkan keluar atau capital outflow di pasar saham sebesar Rp 1,92 triliun.
Myrdal bilang, anjloknya IHSG pada hari ini (18/3) didorong juga oleh berbagai keputusan kontroversial Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, serta momentum wait n see investor untuk melihat dampak positif langsung dari berbagai kebijakan pemerintah baru terhadap ekonomi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut Gunarto, jika Bank Indonesia (BI) bisa menurunkan suku bunga secara signifikan besok (19/3) maka akan ada kemungkinan penyegaran/penguat untuk saham-saham di sektor ritel, barang konsumsi, otomotif, properti, dan perbankan.
"Namun, kami menilai bahwa Bank Indonesia tetap berhati-hati untuk mulai menurunkan BI Rate lagi selama tekanan tinggi baru-baru ini pada posisi valuta asing domestik akibat arus keluar uang, terutama di pasar saham," kata Gunarto kepada kumparan, Selasa (18/3).
Dilanjutkannya, pasar obligasi, investor asing telah meningkatkan kepemilikan mereka pada obligasi pemerintah dari Rp 879,54 triliun pada 31 Desember 2024 menjadi Rp 894,16 miliar pada 14 Maret 2025.
"Untuk hari ini, kami yakin investor akan terus melakukan aksi jual, terutama untuk tenor pendek menengah, di tengah minimnya sentimen positif, baik dari sisi global maupun domestik," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, Gunarto melihat valuasi obligasi pemerintah tenor panjang relatif menarik dengan mayoritas imbal hasil (yield) yang baru-baru ini mencapai di atas 6,97 persen.
Ketika ditanya soal sampai kapan IHSG bakal memerah dan anjlok, Gunarto bilang sampai RI memperoleh dampak dari kebijakan Trump.
"Setidaknya sampai kita merasakan dampak kebijakan Trump," sebut dia.