Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Ikan Tuna 'Raksasa' Nelayan Bone Dihargai Murah, Kenapa?
11 Mei 2017 9:59 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Nelayan yang tinggal di pesisir Teluk Bone kini sering kali menangkap ikan tuna dengan ukuran yang cukup besar, rata-rata 50 kg. Bila beruntung, maka mereka bisa menangkap ikan tuna dengan berat hingga 99 kg.
ADVERTISEMENT
Jenis ikan tuna yang ditangkap juga berkelas, yaitu sirip kuning (yellow fin) dan mata besar (big eye). Harga kedua jenis tuna ini di pasar internasional cukup tinggi. Namun harga di tingkat nelayan justru sebaliknya.
Nelayan sekaligus Ketua LSM Yayasan Mattirotasi Sudarman mengungkapkan rata-rata harga per kg ikan tuna di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan hanya berkisar antara Rp 30.000-35.000. Rendahnya harga jual disebabkan karena infrastruktur yang minim dan minimnya informasi soal harga yang didapat nelayan.
"Cukup murah dikarenakan terkendala penanganan ikannya di atas kapal yang kurang dipahami nelayan sehingga mutu hasil tangkapan mereka terkadang tidak masuk kualitas mutu terbaik untuk ekspor," ungkap Sudarman kepada kumparan (kumparan.com) Kamis (11/5).
ADVERTISEMENT
Di Kabupaten Luwu sarana infrastruktur yang ada hanyalah 1 buah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Sarana lain seperti lemari berpendingin dan tempat pengolahan ikan tidak ada.
"Jika ada cold storage kan bisa dibekukan di gudang hasil tangkapan nelayan. Kemarin saja sudah ada perusahaan dari Jepang untuk pengiriman produk tuna beku tapi kami belum bisa karena selain cold storage tidak ada, mobil cold storage juga untuk logistiknya ke Makassar tidak ada," keluhnya.
Lalu masalah lainnya adalah kebutuhan modal nelayan untuk kembali melaut. Nelayan di Kabupaten Luwu butuh modal operasional sekitar Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta untuk satu trip melaut. Satu trip biasanya 7-8 hari.
"Nelayan untuk sekali trip itu berkisar Rp 2,5-3 juta biaya operasionalnya. Jadi harga penjualan di trip sebelumnya harus dibayarkan secara cepat oleh mitra penjualan hasil tangkapan nelayan karena biayanya akan digunakan untuk biaya operasional. Selanjutnya karena mereka hanya beristirahat 2-3 hari di darat selanjutnya mereka melaut kembali," jelasnya.
ADVERTISEMENT