Imbas Corona, 50 Juta Pekerja Sektor Pariwisata di Dunia Terancam Kena PHK

6 April 2020 20:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pengendara melintas di samping spanduk informasi penutupan pantai wisata di Desa Lhok Bubon, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Minggu (5/4). Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pengendara melintas di samping spanduk informasi penutupan pantai wisata di Desa Lhok Bubon, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Minggu (5/4). Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
ADVERTISEMENT
Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi virus corona (COVID-19).
ADVERTISEMENT
Hal itu terungkap dari data Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (World Travel and Tourism Council) yang dipaparkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama. Ada sekitar 50 juta pekerjaan di seluruh dunia dalam industri perjalanan dan pariwisata yang terancam PHK. Dari jumlah tersebut 30 juta pekerja di antaranya berada di kawasan Asia.
Sementara itu, berdasarkan data Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO), hampir 80 persen pengusaha di bidang pariwisata merupakan sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
"Mereka mengalami penurunan omzet hingga 70 persen. Pariwisata adalah sektor yang rentan dan paling terpuruk sejauh ini dan pemulihannya paling lama," ucapnya dalam rapat kerja virtual dengan Komisi X DPR RI, Senin (6/4).
Wishnutama mencatat, setidaknya ada 1.500 hotel di seluruh Indonesia yang terdampak dengan adanya wabah COVID-19.
Ilustrasi kamar hotel mewah Foto: Shutter Stock
Ribuan hotel tersebut rata-rata mengalami penurunan signifikan dari segi okupansi atau keterisian. Bahkan, pada bulan Maret 2020, tingkat keterisian hotel hanya sekitar 0-8 persen.
ADVERTISEMENT
Selain hotel, Wishnutama mengungkapkan berbagai gelaran acara Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition (MICE), sebagian besar dibatalkan. Adapun gelaran MICE merupakan salah satu pameran terbesar di industri pariwisata.
"(Sebanyak) 84 persen dibatalkan dan sisanya ditunda," ungkapnya.
Pecalang atau petugas pengamanan adat Bali memberikan penjelasan kepada wisatawan mancanegara terkait penutupan sementara objek wisata Pantai Batu Belig. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Persoalan lain yang terdampak setelah adanya penutupan ribuan hotel yang berujung pada PHK terhadap pegawainya. Selain PHK, sebagian pegawai lainnya dirumahkan.
"Beberapa yang sudah terjadi seperti yang diketahui pekerja harian dirumahkan, enggak perpanjang kontrak, mewajibkan karyawan ambil cuti dan lain sebagainya," tuturnya.
Wishnutama mengungkapkan hasil riset lembaga dunia mengenai jangka waktu pemulihan industri pariwisata secara global.
Menurut dia, industri pariwisata baru akan pulih pada tahun 2022 sampai 2023. Bahkan lembaga World Tourism Organization menyebut pemulihan pariwisata dunia memakan waktu 5-7 tahun.
ADVERTISEMENT
"Ini (industri pariwisata) baru bisa normal 2022," jelasnya.
Menparekraf Wishnutama Kusubandio Foto: Dok. Kemenparekraf
Wishnutama menjelaskan, pemulihan sektor pariwisata memakan waktu yang relatif lama dibanding sektor-sektor lainnya. Sebab, sektor industri pariwisata sangat tergantung pada kondisi psikologis dan keamanan lingkungan.
Oleh karena itu lanjut Wishnutama, dirinya berharap agar wabah virus corona ini segera berakhir. Meskipun berdasarkan prediksi dari Tourism Economics, pemulihan total dari dampak virus corona ini akan berlangsung pada periode tahun 2022-2023.
"Saya yakin hal saya enggak tahu kapan ini berakhir tapi kalau semua disiplin saya yakin kita dapat menekan angka penyebaran ini," kata Wishnutama