Imbas Corona, Pedagang Pasar Tanah Abang Mulai Tak Berjualan

23 Maret 2020 19:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (3/3).  Foto: Muhammad Darisman/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (3/3). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
ADVERTISEMENT
Penyebaran virus corona yang masih terus berlangsung sudah mulai berdampak pada sektor perindustrian. Salah satunya yang sudah mulai merasakan efeknya yakni industri tekstil.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa mengatakan, saat ini para pengusaha tekstil mulai merasakan semakin menyempitnya pasar mereka. Toko-toko menurutnya saat ini sudah mulai tutup, termasuk Pasar Tanah Abang yang menjadi salah satu market terbesar mereka.
"Ini kalau market ini kan kita juga lihat tiap hari tiap minggu berubah terus, jadi kita lihat market di Pasar Tanah Abang pun saya monitor hari ini, sudah banyak yang tidak operasi. Jadi mungkin ini akan daya serap tekstil dalam negeri menurun dibandingkan minggu lalu, minggu ini akan mengecil," ujar Jemmy dalam konferensi pers online, Senin (23/3).
Pengunjung mengenakan masker dan mengunakan hand sanitizer di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (3/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Kondisi itu, kata Jemmy, menimbulkan dilema tersendiri di kalangan pengusaha. Sebab, tetap berproduksi di tengah kecilnya pasar bakal membuat mereka merugi. Sementara menghentikan produksi justru berdampak pada terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, Jemmy menjamin kekhawatiran akan terjadinya PHK itu belum terjadi. Namun ia tak bisa menjamin apa yang bakal terjadi jika penanganan corona makan waktu lama.
Atas dasar itulah ia berharap ada intervensi dari sisi kebijakan oleh pemerintah. Salah satu yang ia minta yakni keringanan pembayaran listrik.
"Sampai hari ini masih berjalan full, tapi kita enggak tahu juga, kita lihat sepanjang sejauh kemampuan teman-teman memang PHK ini sangat dilematis. Makanya kita perlu insentif dalam bentuk PLN kita sebut tadi kalau bisa 50 persennya kita bayar, 50 persennya kita buka giro mundur, supaya memberi napas yang panjang untuk industri TPT," jelasnya.
Direktur Utama CV Blessing, Chandra Setiawan mengamini apa yang disampaikan Jemmy. Selain menyempitnya pasar di dalam negeri akibat virus corona, mereka mesti bersaing lagi dengan produk-produk impor.
ADVERTISEMENT
Ia menyampaikan penolakannya terhadap relaksasi impor barang jadi. Chandra dalam konferensi pers itu, juga mengimbau agar masyarakat lebih mengutamakan produk lokal.
"Toko-toko tutup ini juga artinya hulu perlu relaksasi bagaimana kita bisa bertahan. Kami tegas menolak relaksasi impor karena kita fokus produsen dalam negeri, contohnya kita berikan relaksasi impor pakaian jadi itu akan terpukul IKM. Kita harus canangkan cintai produk dalam negeri supaya membuka lapangan kerja," pungkas Chandra.