Imbas COVID-19, Pertumbuhan Transportasi Laut Minus 17,48 Persen

16 September 2020 9:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ruk yang akan menyeberang ke Sumatera terparkir di Dermaga 2 menunggu masuk kapal ferry di Pelabuhan Merak, Banten, Minggu (17/5). Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
zoom-in-whitePerbesar
ruk yang akan menyeberang ke Sumatera terparkir di Dermaga 2 menunggu masuk kapal ferry di Pelabuhan Merak, Banten, Minggu (17/5). Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sektor transportasi laut terkontraksi 17,48 persen dari sisi angkutan dan pergudangan pada triwulan II 2020 akibat pandemi COVID-19. Sementara pertumbuhan secara tahunan minus 30,48 persen.
ADVERTISEMENT
“Secara keseluruhan, sektor transportasi terkontraksi minus 30,48 persen di Triwulan II 2020 year on year dibandingkan tahun lalu,” kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kemenhub Capt Antoni Arif Priadi melalui keterangan tertulisnya, Rabu (16/9).
Antoni menuturkan terjadinya kontraksi juga dipengaruhi fenomena imbauan pemerintah dalam penerapan kerja dari rumah dan pembelajaran jarak jauh sebagai salah satu langkah pencegahan penyebaran COVID-19.
Kemudian, kebijakan pemerintah untuk penerapan larangan mudik Idul Fitri 1441 Hijriah dan penurunan aktivitas kargo pada masa pandemi COVID-19.
“Dampak COVID-19 saat ini dirasakan merata hampir pada seluruh sektor angkutan laut,” katanya.
Bagian dalam Kapal Roro Eksekutif, Rabu (8/8/18). Foto: Abdul Latif/kumparan
Pertama turunnya pendapatan 75-100 persen untuk kapal penumpang dan roro akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berarti penutupan aktivitas pelabuhan/terminal penumpang.
ADVERTISEMENT
Kedua, turunnya pendapatan dan muatan sebesar 25-50 persen untuk sektor barang kontainer, curah kering, tanker, tug and barge, offshore dan kapal khusus.
Ketiga, terganggunya arus kas akibat pada shipper atau pemilik barang mengalami kesulitan keuangan, khususnya pada barang kontainer, curah kering dan tug and barge.
Namun, Antoni mengatakan pihaknya tetap memastikan arus logistik terutama melalui program tol laut tetap berjalan karena dinilai berdampak pada penurunan tingkat harga barang kebutuhan pokok dengan variasi 3,1 persen hingga 3,8 persen.
Kapal Tol Laut saat berlayar. Foto: Dok. Kemenhub
Ia menuturkan berdasarkan data Kementerian Perdagangan program Tol Laut berdampak pada penurunan disparitas harga barang kebutuhan pokok antara kawasan Barat dan Timur Indonesia antara 14,1 persen hingga 17,3 persen.
“Program tol laut menguntungkan bagi kegiatan perdagangan sebagian besar komoditas pangan strategis, terutama ikan segar, cabai dan bawang,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lanjut dia, tol laut telah memberikan dampak positif terhadap penurunan biaya logistik end to end sebesar 5,5 persen rata-rata nasional.
Ditambah dengan biaya logistik jalur darat, khususnya di Timur Indonesia masih menjadi hambatan dalam upaya menurunkan biaya logistik pendistribusian barang kebutuhan pokok.
Saat ini sudah ada 26 trayek tol laut dengan 26 kapal, 100 pelabuhan singgah di 70 kabupaten kota dan 20 provinsi.