Imbas Kenaikan Suku Bunga The Fed, Milenial di RI Makin Susah Beli Rumah

5 Mei 2022 13:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi uang dolar. Foto: Aditia Noviansyah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang dolar. Foto: Aditia Noviansyah
ADVERTISEMENT
Bank sentral AS Federal Reserve atau The Fed menaikkan suku bunga 50 basis poin (bps) menjadi 0,75 persen hingga 1 persen. Suku bunga ini menjadi yang tertinggi dalam 22 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Ekonom sekaligus Direktur Center for Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, investor telah mewanti-wanti kenaikan suku bunga tersebut. Kenaikan suku bunga berimbas pada pemulihan ekonomi Indonesia.
“Suku bunga naik, cost kredit dan ekspansi biaya usaha akan relatif lebih mahal. Anak-anak muda susah dapat rumah, dan dampaknya langsung kena ke kita semua,” katanya saat dihubungi kumparan, Kamis (5/5).
Bhima khawatir kenaikan suku bunga akan berimbas pada suku bunga pinjaman, khususnya kredit modal kerja, kredit konsumsi, dan kredit kepemilikan rumah (KPR). Terlebih permintaan KPR dari para milenial akan meningkat seiring pemulihan ekonomi. Ketika suku bunga saat memasuki floating akan semakin mahal hingga tahun berikutnya.
Bhima Yudhistira. Foto: Muhammad Fadli Rizal/kumparan
Selain itu, Bhima menyebut kenaikan suku bunga berdampak pada bunga kredit kendaraan bermotor. Suku bunga pinjaman dari bank juga akan meningkat sehingga milenial yang ingin membangun startup menjadi terhambat.
ADVERTISEMENT
“Dampaknya juga ke imported inflation. Kalau rupiahnya goyang, impor akan lebih mahal terutama komoditas tepung terigu,” lanjutnya.
Menurut Bhima, biaya impor komoditas akan semakin mahal akibat perang Rusia-Ukraina ditambah dengan pelemahan rupiah. Investor saat ini menunggu rilis data inflasi dari BPS dan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Pekerja menyelesaikan pembangunan perumahan. Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Hal senada diungkapkan juga oleh Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad. Ia menambahkan kenaikan suku 50 bps sudah diprediksi oleh para investor.
“Sekarang melihat setelah lebaran dan harga bahan bakar yang melonjak, inflasi akan meningkat,” ujarnya.
Nilai rupiah akan terdepresiasi, kata Tauhid, sehingga utang negara terutama pinjaman bilateral bertambah banyak. Sebagian utang negara berbentuk uang asing, sehingga biaya konversi utang akan semakin mahal.
“Dalam 1-2 hari ini bisa kelihatan pergerakan pelemahan rupiah. Cadangan devisa juga akan semakin berkurang,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT