Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memerah akibat pandemi COVID-19. Maskapai penerbangan milik negara ini harus menanggung kerugian senilai USD 1,07 miliar atau sekitar Rp 15,2 triliun (kurs Rp 14.210 per USD) hingga akhir September 2020.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Sabtu (7/11), kinerja maskapai berkode GIAA itu berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu, yang mencatatkan laba USD 122,42 juta atau sekitar Rp 1,7 triliun.
Kerugian tersebut diperoleh lantaran pendapatan usaha perseroan yang juga anjlok menjadi USD 1,13 miliar per akhir September 2020. Padahal di periode yang sama tahun lalu sebesar USD 3,54 miliar.
Pendapatan Garuda Indonesia masih didominasi dari penerbangan berjadwal, senilai USD 917,28 juta pada kuartal III 2020. Namun, nilai tersebut merosot 67,19 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai USD 2,79 miliar.
Sementara pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal hingga kuartal III 2020 turun hingga 81,22 persen menjadi USD 46,92 juta. Padahal tahun lalu masih mencatatkan pendapatan USD 240,16 juta.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, beban usaha perseroan mengalami perbaikan menjadi USD 2,24 miliar per September 2020, dari periode yang sama tahun lalu USD 3,28 miliar. Beban usaha paling tinggi yakni biaya operasional sebesar USD 1,3 miliar, disusul pemeliharaan dan perbaikan USD 337,45 juta.
Dari sisi aset, Garuda Indonesia mencatatkan total aset senilai USD 9,9 miliar per akhir September 2020, naik dari akhir Desember 2019 yang senilai USD 4,45 miliar.
Kenaikan ini berasal dari total aset tidak lancar yang senilai USD 9,19 miliar, naik periode akhir tahun lalu dari USD 3,32 miliar. Sedangkan aset lancar Garuda Indonesia menurun menjadi USD 714,33 juta dari akhir tahun lalu USD 1,13 miliar.
Sementara itu, total liabilitas atau utang perseroan mencapai USD 10,36 miliar, melesat dibandingkan akhir Desember 2019 sebesar USD 3,73 miliar.
ADVERTISEMENT
Kenaikan paling besar terjadi pada liabilitas jangka panjang sebesar USD 5,66 miliar dan liabilitas jangka pendek naik menjadi USD 4,69 miliar.
Tingginya catatan liabilitas jangka panjang terjadi karena sewa pembiayaan Garuda yang mencapai USD 4,27 miliar per September 2020 serta estimasi biaya pengembalian dan pemeliharaan pesawat senilai USD 1,06 miliar.