Imbas Pembangunan Bandara Kertajati, RNI Tutup 2 Pabrik Gula

25 Februari 2019 16:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pabrik gula Foto: Bernd Muller/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pabrik gula Foto: Bernd Muller/Pixabay
ADVERTISEMENT
PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) terpaksa menutup dua pabrik gula yang berlokasi di Kadipaten dan Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat. Penutupan kedua pabrik gula tersebut karena kosongnya pasokan tebu.
ADVERTISEMENT
Chief Operation Officer RNI, Agung Murdanoto, mengatakan para petani tebu di daerah tersebut kini beralih profesi, menyusul beroperasinya Bandar Udara Internasional Kertajati.
"Pabrik Kadipaten ini berada di Jatitujuh, Majalengka. 1 kilometer dari situ, berdiri Bandara Kertajati. Petaninya lebih suka jaga parkir, jadi porter di bandara. Tebunya enggak ada lagi,” kata Agung di Gedung Kominfo, Jakarta, Senin (25/2).
Selain itu, jika pabrik beroperasi, ada limbah berupa asap yang dapat menganggu penerbangan. Perusahaan kemudian memutuskan untuk menutup pabrik yang berada di kawasan Bandara Kertajati.
Hal serupa juga terjadi di Pabrik Gula Subang. Di dekat pabrik, terdapat kebun tebu seluas 5.000 hektare. Saat ini, di tengah-tengah kebuh tebu tersebut sudah dibangun jalan tol dan dua jalur kereta api.
ADVERTISEMENT
“Jadi apa? Tebunya enggak bisa jalan lagi. Dua pabrik itu merupakan salah satu pemasok terbesar di Jawa Barat harus ditutup,” ujarnya.
Padahal selama ini, RNI telah mencoba menerapkan sistem pertanian yang lebih modern. Misalnya di pabrik gula Kadipaten dengan menggunakan drone untuk memantau langsung perkembangan kebun tebu.
Tak hanya itu, dengan memanfaatkan drone, para petani tebu juga bisa memonitor pergerakan truk-truk pengangkut tebu. Namun dengan beroperasinya Bandara Kertajati, Agung mengaku penggunaan drone jadi sangat terbatas.
"Kalau tadi pabrik kami bertetangga dengan bandara, ternyata drone enggak bisa terbang. Hanya untuk terbangkan drone, kami harus izin ke bandara dan TNI AU. Hanya untuk terbangkan drone. Ini jadi masalah tersendiri untuk membantu memonitor,” ujarnya.
Pembangunan Bandara Kertajati, Majalengka. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Kondisi ini menurut Agung membuat pihaknya semakin sulit mengembangkan penggunaan fasilitas drone. Padahal dengan menggunakan drone, monitoring kebun tebu bisa sangat terbantu.
ADVERTISEMENT
"Kalau pakai drone kami bisa memantau 5.000 sampai 8.000 hektare kebuh tebu per hari," katanya.
Agung mengatakan perusahaan sedang mencari solusi memindahkan pabrik gula dan kebun tebu ke luar Pulau Jawa. Salah satu daerah yangdijajaki adalah Nusa Tenggara Barat. Diharapkan, bisa memecah konsentrasi agar produksi gula tidak terpusat di Jawa.
"Sesuai nawacita Pak Jokowi, Jawa harus jadi pendukung, bukan lagi pusat," tandasnya.