IMF Khawatir Inflasi Makin Tinggi Akibat Konflik Iran-Israel

17 April 2024 9:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva saat menyampaikan pidato pada upacara pembukaan China Development Forum (CDF) 2024, di Beijing, China, Minggu (24/3/2024). Foto: Jing Xu/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva saat menyampaikan pidato pada upacara pembukaan China Development Forum (CDF) 2024, di Beijing, China, Minggu (24/3/2024). Foto: Jing Xu/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
International Monetary Fund (IMF) mewaspadai konflik Iran vs Israel yang membuat panas situasi di Timur Tengah saat ini. Kondisi ini dikhawatirkan bisa memicu kenaikan inflasi dan mengancam ekonomi dunia.
ADVERTISEMENT
Kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan, dampak ekonomi dari ketidakstabilan di Timur Tengah terhadap perekonomian dunia menjadi hal penting yang harus diperhatikan bagi para pembuat kebijakan dalam pertemuan mereka. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan meningkatkan angka inflasi.
"Kemajuan menuju target inflasi agak mengkhawatirkan karena terhenti sejak awal tahun di beberapa negara. Ini mungkin merupakan kemunduran sementara, namun ada alasan untuk tetap waspada," kata Gourinchas dalam keterangan resminya, Selasa (16/4).
"Harga minyak meningkat sebagian karena ketegangan geopolitik dan sektor jasa, inflasi masih sangat tinggi di banyak negara. Pembatasan perdagangan lebih lanjut juga dapat mendorong inflasi barang. Mengembalikan inflasi ke target harus tetap menjadi prioritas,” sambungnya.
Ilustrasi IMF. Foto: Getty Images
Dalam laporan World Economic Outlook pada hari Selasa (16/4), IMF menaikkan perkiraan pertumbuhan global. IMF memperkirakan pertumbuhan global pada tahun 2024 dan 2025 sebesar 3,2 persen. Nilai tersebut naik 0,3 persen dari proyeksi awal IMF pada Oktober lalu untuk tahun 2024.
ADVERTISEMENT
“Perekonomian global terus menunjukkan ketahanan yang luar biasa, dengan pertumbuhan yang stabil dan inflasi yang menurun. Namun masih banyak tantangan yang menghadang," kata Gourinchas.
"Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 0,3 poin persentase dari proyeksi kami pada bulan Oktober untuk tahun 2024, dengan aktivitas yang lebih kuat dari perkiraan di AS, Tiongkok, dan negara-negara berkembang besar lainnya. pasar. Namun aktivitas di kawasan Euro melemah,” sambungnya.
Di sisi lain, pasar bertanya-tanya kapan Federal Reserve AS akan mulai menurunkan suku bunga setelah data ekonomi terbaru menunjukkan perekonomian Amerika yang kuat. Memang kinerja Amerika Serikat yang kuat baru-baru ini mencerminkan pertumbuhan produktivitas dan pertumbuhan pasokan tenaga kerja yang kuat, namun juga kuatnya tekanan permintaan yang dapat menambah inflasi.
Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva sebelum melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (4/9/2023). Foto: Hafidz Mubarak A/Antara Foto
"Hal ini memerlukan pendekatan yang hati-hati dan bertahap terhadap pelonggaran yang dilakukan oleh Federal Reserve,” kata Gourinchas.
ADVERTISEMENT
Karena itu, IMF mendesak negara-negara untuk mengatasi hal ini dengan membangun kembali penyangga fiskal mereka. Namun hal ini terkadang tidak menyenangkan secara politik dalam jangka pendek.
“Konsolidasi fiskal tidak pernah mudah, namun yang terbaik adalah tidak menunggu sampai pasar menentukan kondisinya. Konsolidasi fiskal yang kredibel dapat membantu menurunkan biaya pendanaan, meningkatkan ruang fiskal, dan stabilitas keuangan. Kuncinya adalah memulainya sejak dini, bertahap dan kredibel,” kata Penasihat Ekonomi IMF.