IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi RI Jadi 5,6 Persen di 2022

26 Januari 2022 10:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, sebelum pertemuan bilateral disela KTT ke-35 ASEAN di Bangkok, Thailand, Minggu (3/11/2019). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, sebelum pertemuan bilateral disela KTT ke-35 ASEAN di Bangkok, Thailand, Minggu (3/11/2019). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi hanya 5,6 persen, dari proyeksi sebelumnya 5,9 persen. Adapun di tahun 2023, IMF tetap memproyeksi pertumbuhan ekonomi RI sebesar 6,0 persen.
ADVERTISEMENT
Asistant Director Western Hemisphere Department IMF, Cheng Hoon Lim, mengatakan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi RI di tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Hal ini sejalan dengan adanya pelonggaran pembatasan aktivitas, dukungan kebijakan yang berkelanjutan, peningkatan mobilitas, serta program vaksinasi yang meluas ke daerah-daerah yang lebih terpencil.
Namun demikian, munculnya varian COVID-19 yang lebih agresif memberikan tekanan pada perekonomian domestik. Ditambah lagi, kondisi ketidakpastian global juga meningkatkan risiko pada ekonomi Indonesia.
“Keseimbangan risiko terhadap prospek membaik, tetapi tetap miring ke bawah. Munculnya varian COVID-19 yang lebih agresif dapat memberi tekanan lebih lanjut pada sistem kesehatan dan menyebabkan pembatasan mobilitas baru, dan risiko limpahan dari kondisi keuangan global yang lebih ketat telah meningkat," kata Lim dalam laporan IMF untuk Indonesia yang diterima kumparan, Rabu (26/1).
ADVERTISEMENT
Harga komoditas global yang meningkat diperkirakan akan terus memberikan dampak positif bagi Indonesia, utamanya dari sisi ekspor. Sementara reformasi struktural yang dilakukan pemerintah Indonesia dinilai dapat mengurangi tekanan ekonomi.
Dengan pemulihan yang sedang berlangsung, hal ini secara bertahap akan memulihkan prinsip utama kerangka kebijakan ekonomi makro pra-pandemi dan memperkuat rekam jejak kebijakan Indonesia yang kuat.
"Namun, jika risiko penurunan yang parah seperti pemulihan yang lebih lambat atau kebangkitan kembali infeksi COVID-19 yang cepat sehingga pembatasan kembali terjadi, dukungan pandemi yang tahan lama mungkin diperlukan," tutur Lim.