Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 4,7 Persen di 2025
23 April 2025 11:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7 persen untuk tahun 2025. Angka ini tercantum dalam laporan terbaru World Economic Outlook edisi April 2025, dan mencerminkan penurunan dari estimasi sebelumnya yang sebesar 5,1 persen.
ADVERTISEMENT
Pemangkasan proyeksi ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan eksternal akibat ketegangan perdagangan global dan pelemahan permintaan dunia. Ketidakpastian kebijakan dagang, lonjakan tarif, serta perlambatan ekonomi mitra dagang utama menjadi faktor-faktor yang menekan prospek ekspansi Indonesia ke depan.
IMF juga menyoroti bagaimana perbedaan pertumbuhan produktivitas global turut memengaruhi kinerja industri negara berkembang, termasuk Indonesia. Aktivitas manufaktur disebut terus bergeser dari negara-negara maju ke negara pasar berkembang seperti ASEAN-5 yang mencakup Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
“Produksi melonjak di China dan juga meningkat di negara-negara Uni Eropa yang lebih kecil serta ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand),” tulis IMF dalam laporan tersebut.
Indonesia tetap menghadapi tantangan struktural yang tak ringan. Selain tekanan eksternal, persoalan demografis dan produktivitas juga disebut mulai menjadi hambatan.
ADVERTISEMENT
Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, tengah memasuki fase penurunan proporsi penduduk usia kerja sebuah titik balik demografis, yang berpotensi menekan pertumbuhan tenaga kerja dan produktivitas dalam jangka panjang.
Secara keseluruhan, IMF memperkirakan pertumbuhan global hanya akan mencapai 2,8 persen tahun ini, turun signifikan akibat ketegangan dagang yang dipicu kebijakan tarif Amerika Serikat dan respons dari mitra dagangnya. Dalam konteks ini, Indonesia tak luput dari dampak perlambatan ekonomi global yang kian kompleks.