IMF Sebut 60 Persen Negara Berkembang Alami Tekanan Utang

14 Januari 2023 11:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva dalam High Level Seminar G20 di Nusa Dua, Bali. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva dalam High Level Seminar G20 di Nusa Dua, Bali. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lembangan Keuangan International, dana moneter internasional atau International Monetary Fund (IMF) mengatakan 60 persen negara berkembang akan tertekan oleh jeratan utang, khususnya utang dalam dolar AS dan euro. Hal ini juga diperparah dengan devaluasi mata uang secara global.
ADVERTISEMENT
“Kami (IMF) melihat perekonomian ke depannya akan sulit bagi negara-negara berpenghasilan rendah. Tingkat utang negara-negara berkembang akan berada di atau mendekati 60 persen,” tutur Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, dilansir dari situs resmi IMF Sabtu (13/1).
Georgieva mengatakan negara-negara berpenghasilan menengah juga akan mengalami hal yang serupa, yaitu tingkat utang dan tekanan utang yang tinggi.
Merespons pada kondisi tersebut, Georgieva menilai bank sentral akan lebih berhati-hati dalam merancang kebijakan moneter, karena dapat mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan.
“Kami melihat hari-hari awal 2023 akan kembali lagi ke risk appetite masing-masing. Di satu sisi, ada satu tingkat penuh harapan. Ada yang berspekulasi inflasi hanya meningkat, yang berspekulasi menurun juga tinggi. Tapi kita juga tahu bahwa itu mungkin berarti bank sentral harus berbuat lebih banyak lagi untuk melawan inflasi,” sebut Georgieva.
ADVERTISEMENT
Georgieva menegaskan perlindungan terhadap krisis juga sangat penting di tengah ekonomi 2023 yang dihantui resesi, namun ia menggarisbawahi bank sentral semakin kehabisan sumber daya untuk menyediakan bantalan untuk ekonomi global.
“Penting bagi kita semua di komunitas internasional untuk bekerja untuk melindungi ekonomi global yang lebih terintegrasi demi kinerjanya,” tegasnya.