Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
IMF Turunkan Proyeksi Ekonomi Global Jadi 3,5 Persen di 2019
22 Januari 2019 7:41 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB
ADVERTISEMENT
Dana Moneter Internasional (IMF ) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini menjadi 3,5 persen, dari sebelumnya 3,7 persen. Sementara di 2020, perekonomian global diproyeksi mulai membaik mencapai 3,6 persen.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan IMF yang diterima kumparan, Selasa (22/1), proyeksi tersebut lantaran adanya perlambatan ekonomi di negara maju yang lebih cepat dari perkiraan. Selain itu, tekanan global juga terjadi akibat sentimen di negara berkembang seperti Turki, Argentina, serta tensi dagang AS-China yang masih penuh ketidakpastian.
"Pertumbuhan ekonomi global berdasarkan estimasi IMF sebesar 3,5 persen di 2019 dan 3,6 persen di 2020, " tulis laporan tersebut.
Secara khusus, IMF memproyeksikan pertumbuhan di negara maju sebesar 2 persen di 2019 dan terus menurun menjadi 1,7 persen di 2020.
Sementara di negara berkembang atau emerging market, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi turun menjadi 4,5 persen di 2019, dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 4,7 persen. Untuk 2020, perekonomian di negara berkembang diperkirakan membaik menjadi 4,9 persen.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan, risiko bagi perekonomian global di tahun ini semakin meningkat dibandingkan tahun lalu. Dia menyebut, hal ini sebagian besar karena efek negatif dari perang dagang.
ADVERTISEMENT
"Hari ini kami mengumumkan revisi perkiraan ekonomi global lebih lanjut ke bawah. Intinya adalah bahwa setelah dua tahun ekspansi yang kuat, ekonomi dunia tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan dan risiko meningkat," katanya.
Dia melanjutkan, risiko yang terjadi di sektor perdagangan global berupa saling meningkatkan tarif produk juga dapat menambah ketidakpastian di sektor keuangan. Akibatnya, volatilitas pasar keuangan semakin tinggi, termasuk di negara maju.
"Hal ini pada gilirannya berkontribusi pada pengetatan kondisi keuangan, termasuk untuk ekonomi maju, yang merupakan faktor risiko utama di dunia dengan beban utang yang tinggi," tambahnya.