Impor Kedelai Dinilai Hanya Solusi Jangka Pendek Atasi Produksi Tahu & Tempe

17 April 2022 17:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kedelai impor Amerika Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Kedelai impor Amerika Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Kelangkaan produksi tahu dan tempe yang terjadi beberapa bulan lalu membuat pemerintah membuka keran impor kedelai. Perum Bulog diberi penugasan impor 200 ribu ton kedelai dari berbagai negara tahun ini.
ADVERTISEMENT
Ditargetkan Bulog menyalurkan kedelai sebanyak 50 ribu ton pada bulan April 2022. Sebanyak 50 ribu ton kedelai diimpor dari Amerika Serikat. Selain itu, Bulog akan menjajaki negara penghasil kedelai lainnya.
Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah menilai penyaluran kedelai murah yang diimpor Bulog bisa menstabilkan harga kedelai di pasaran. Tapi, itu hanya solusi jangka pendek. Untuk jangka panjang, Said meminta pemerintah harus menyelesaikan akar persoalannya.
"Bulog menggelontorkan 50 ribu ton saya pikir itu hal strategis dan harus dilakukan pada situasi seperti saat ini, walaupun tidak dapat menyelesaikan persoalan secara keseluruhan," kata Said Abdullah kepada kumparan, Minggu (17/4).
Said melanjutkan, seharusnya pemerintah sudah memberlakukan hal ini sejak awal kisruh kedelai di Indonesia. Persoalan mendasarnya, kata dia, ada di pasokan dalam negeri yang terlalu kecil karena kurangnya dukungan ke petani kedelai lokal.
Pekerja saat memproduksi tahu di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, Sabtu (16/4/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Di sisi lain, Said menilai, kebijakan importasi yang diperbesar menyebabkan produksi dalam negeri tidak akan bisa meningkat karena kalah bersaing.
ADVERTISEMENT
"Untuk ke depannya, kita tidak bisa lagi menggantungkan sepenuhnya pada kedelai impor, sebab situasi sekarang bisa jadi akan terus terulang," tandasnya.
Said menyarankan pemerintah untuk memperkuat produksi dalam negeri. Tak hanya itu, kepastian lahan, input pertanian, dan dukungan pembiayaan serta pasar perlu dilakukan. Dengan demikian petani memiliki insentif yang cukup sehingga mereka mau menanam.
"Bersamaan dengan itu perlu juga dilakukan telaah ulah, dan pengaturan kebijakan impor kedelai, supaya produksi petani lokal dapat bersaing," katanya.

Impor 50 Ribu Ton Kedelai Tak Akan Cukup

Hal yang sama juga diungkapkan Pengamat pertanian Khudori. Dia mengungkapkan, dalam jangka pendek, impor kedelai memang bisa membantu produksi tahu tempe. Itu pun, jumlahnya terbilang sedikit karena kebutuhan kedelai domestik sekitar 3 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri masih sedikit.
ADVERTISEMENT
"Apa yang dilakukan Bulog ini sebagai bagian dari kehadiran negara tatkala produsen tahu-tempe tercekik oleh harga bahan baku yang mahal," katanya saat dihubungi kumparan.
Mengenai petani domestik, Khudori menuturkan, mereka sudah lama tidak diproteksi oleh negara. Tata niaga kedelai sepenuhnya diserahkan ke mekanisme pasar.
Perajin memasukkan kedelai impor untuk pembuatan tahu di Mulyorejo, Malang, Jawa Timur, Jumat (18/2/2022). Foto: Ari Bowo Sucipto/ANTARA FOTO
Ketika harga kedelai impor murah, pemerintah langsung menggelontokannya ke pasar. Hal ini membuat harga kedelai lokal jatuh sehingga petani merugi.
"Itulah yang saya sering katakan, karena tidak ada proteksi, petani kedelai itu setiap saat terancam merugi," imbuhnya.
Menurut Khudori, kondisi seperti ini membuat petani enggan menanam kedelai. "Lihat saja luas panen kedelai terus menurun. Meski berpuluh tahun ditargetkan swasembada, pencapaian makian jauh, bukan mendekat," tutupnya.
ADVERTISEMENT