Inalum Siap Genjot Produksi 1 Juta Ton Aluminium untuk Penuhi Kebutuhan Domestik

23 November 2022 10:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Customer Gathering Inalum di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Selasa (22/11/2022) malam. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Customer Gathering Inalum di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Selasa (22/11/2022) malam. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas produksi aluminium. Hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan domestik yang mencapai 1 juta ton aluminium.
ADVERTISEMENT
SEVP Pengembangan Bisnis PT Inalum, Oktavianus Tarigan, mengungkapkan kapasitas produksi Inalum saat ini adalah 250 ribu ton.
"Pabrik peleburan alumunium kita 1 ya bisa dikatakan 1 (jumlahnya). Total produksi 250 ribu (ton)," kata Okta ditemui usai acara Customer Gathering Inalum di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Selasa (22/11).
Satu pabrik di smelting atau peleburan di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, itu dalam waktu 2-3 tahun akan ditingkatkan kapasitas produksinya menjadi 50 ribu ton. Sehingga bisa memproduksi total 300 ribu ton.
"Dalam waktu 2-3 tahun ini itu bisa kita tingkatkan dengan cara meng-upgrade atau mengoptimalkan pabrik yang ada itu bisa sampai dengan 50 ribu nambahnya," ujar Okta.
Selain itu, PT Inalum juga merencanakan untuk membuat pabrik baru. Dengan pabrik baru itu maka peningkatan produksi akan jauh lebih signifikan.
ADVERTISEMENT
Okta menjelaskan bahwa pabrik di Kuala Tanjung sebenarnya bisa dikembangkan 3 kali lipat. Hal itu karena di sana masih tersedia lahan cukup luas dan fasilitas yang menunjang.
"Contohnya seperti pelabuhan, fasilitas yang lain juga tersedia sehingga yang kami butuhkan kali ini adalah yang utama adalah listrik karena untuk bangun smelter baru butuh listrik yang besar. Sekarang kami lagi sedang bicara dengan PLN mudah-mudahan ada solusi," katanya.
Pabrik peleburan aluminium ini tengah bersiap menghadapi tantangan di tahun 2022. Foto: INALUM
Okta mengakui PT Inalum memiliki PLTA, tetapi itu hanya cukup untuk jumlah produksi saat ini. Jika kebutuhan listrik tercukupi, maka bukan tidak mungkin produksi 1 juta ton alumunium bisa tercapai.
"(Target) 4 tahun itu 700 sampai 1 juta (ton) bergantung ketersediaan listrik itu tadi. Mudah-mudahan itu bisa memenuhi kebutuhan domestik," ungkap Okta.
ADVERTISEMENT
Okta mengungkapkan pelanggan Inalum berasal dari berbagai perusahaan seperti ekstrusi, otomotif, hingga kabel. Menurutnya, hampir seluruh produksi dari Inalum diserap oleh pasar domestik..
"Secara umum hampir seluruh hasil produksi kita (250 ribu ton) bisa diserap oleh mereka cuma memang demand dari domestik masih melebihi produksi kita. Itu memang jadi tantangan kita ke depan bagaimana menutup kebutuhan mereka. Itu memang dalam jangka waktu menengah dan panjang kita akan ekspansi," ungkap Okta.
Ada 3 produk Inalum yaitu alumunium ingot, billet, dan alloy. Ingot masih menjadi yang paling dibutuhkan. Ingot merupakan bahan baku untuk berbagai produk akhir seperti kabel, komponen otomotif, kontruksi bangunan, dan lain-lain.
"Jadi yang paling banyak adalah ingot mereka butuhnya banyak ingot. Kalau billet atau alloy itu ini khusus untuk spesifik dibutuhkan untuk industri. Untuk alloy untuk velg otomotif ya," terang Okta.
ADVERTISEMENT

Soal Larangan Ekspor Bauksit

Mengenai pemerintah yang bakal melarang ekspor bauksit, Okta mengatakan bahwa hal itu menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya bauksit merupakan bahan baku alumina. Alumina inilah yang kemudian diolah menjadi alumunium.
"Kami tidak ada hubungannya dengan timah, kita aluminium. Hubungannya dengan aluminium itu adalah bauksit jadi bahan bakunya aluminium itu adalah alumina. Nah alumina itu butuh bahannya bauksit," terang Okta.
"Tahun depan itu pemerintah rencana untuk melarang bauksit itu jadi memang kita harus memaksimalkan pabrik peleburan smelting maupun refinery untuk memaksimalkan bauksit supaya yang tadinya diekspor untuk pemenuhan dalam negeri," tambahnya.

Kemenperin Dorong Hilirisasi Industri

Pada kesempatan yang sama, Direktur Logam Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Liliek Widodo, menjelaskan pemerintah terus mendorong hilirisasi industri. Terutama industri yang berbasis mineral seperti timah, aluminium, hingga emas.
ADVERTISEMENT
"Kami yakin bahwa PT Inalum sebagai industri hilir dari alumunium akan menjadi industri yang besar. Kenapa karena negara yang maju negara yang besar itu industri dasarnya pasti gede pak," ujar Liliek.
Liliek merasa dengan hilirisasi industri ini maka Indonesia dapat mengurangi impor karena bahan baku sudah terpenuhi di dalam negeri. Nilai tambah akan bisa lebih ditingkatkan dengan mengolah berbagai produk turunan.
Lebih lanjut, Liliek mengamini kalau salah satu tantangan yang dihadapi Inalum adalah peningkatan produksi.
"Jadi produksi kita masih seperempat dari kebutuhan nasional. Kalau kebutuhan kita 1 juta (ton) di Inalum baru bisa produksi 250 ribu (ton). Jadi peluang untuk mengisi pasar itu masih besar," tutur Liliek.