Incar Dana IPO Rp 21,9 T, Bukalapak Optimistis Bisa Ubah Kerugian Jadi Untung

9 Juli 2021 18:41 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bukalapak.
 Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bukalapak. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) bersiap melantai perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jadwal pencatatan perdana sahamnya (Initial Public Offering/IPO) direncanakan 6 Agustus 2021 dengan besaran dana segar yang diincar mencapai Rp 21,9 triliun.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Bukalapak, Rachmat Kaimuddin, mengungkapkan perusahaan mengincar profitabilitas dengan adanya IPO ini. Perusahaan optimistis kinerja keuangan perusahaan terus membaik meski masih merugi.
Pada 2019, kata Rachmat, EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) perusahaan minus Rp 2,69 triliun. Namun, pada 2020, berhasil menaikkan EBITDA Rp 1 triliun menjadi minus Rp 1,67 triliun.
"Kita usahakan semoga tren ini berlanjut terus supaya profitabilitas membaik dan kita jadi untung di masa depan," katanya dalam konferensi pers Bukalapak usai menggelar Public Expose Penawaran Umum Perdana Saham secara daring, Jumat (9/7).
Rachmat Kaimuddin (kanan) jadi CEO baru Bukalapak gantikan Achmad Zaky. Foto: Dok. Bukalapak
Rachmat mengatakan, dari sisi pendapatan, trennya juga meningkat 4,6 kali lipat dari Rp 290 miliar menjadi Rp 1,35 triliun pada periode 2018-2020 atau tumbuh rata-rata 115 persen tiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
"Dari tahun 2018 sampai 2020, Bukalapak berhasil meningkatkan nilai transaksi sebesar 3 kali lipat, dari Rp 28 triliun menjadi Rp 85 triliun," ujarnya.
Mengutip laporan keuangan Bukalapak, meski pendapatan naik, perusahaan masih mengalami kerugian. Sepanjang 2020, tercatat rugi bersih perusahaan mencapai Rp 1,35 triliun. Jumlah kerugian ini turun dibandingkan 2019 yang minus Rp 2,79 triliun.
Dia menegaskan, pertumbuhan kinerja positif itu tak diperoleh lewat strategi bakar-bakar uang. Pertumbuhan dengan jalan pintas seperti itu menurutnya, terlalu fana dan tidak bisa menjamin keberlanjutan keuangan perusahaan.
"Banyak yang bilang, di perusahaan teknologi kalau mau tumbuh lebih besar harus bakar uang yang lebih banyak. Tapi cara pikir kami di Bukalapak sedikit berbeda, kami ingin tumbuh sekaligus memperbaiki profitabilitas keuangan kami," pungkas bos Bukalapak itu.
ADVERTISEMENT