INDEF Proyeksi Ekonomi Kuartal III 2022 Tak Secerah Kuartal II, Apa Alasannya?

7 Agustus 2022 19:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan
ADVERTISEMENT
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2022 tidak sebagus di kuartal II 2022. INDEF menilai pertumbuhan ekonomi 5,44 persen di kuartal II 2022 sangat terbantu oleh momentum musiman seperti Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
"Kemewahan-kemewahan ini tidak akan ada di triwulan III. Sehingga kemudian kalau kita bisa pertahankan 5,44 persen ini saja saya rasa sudah sangat bagus," ujar Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto pada konferensi pers Evaluasi Kinerja Ekonomi Triwulan II 2022, Minggu (7/8).
Eko memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III nanti bisa lebih rendah karena tidak ada momentum besar seperti hari raya keagamaan. Lebih dari itu, dia juga melihat adanya tren inflasi yang terus naik dari bulan ke bulan akan menggerus daya beli masyarakat, sehingga konsumsi menjadi lesu kembali.
Eko mencatat, sektor dominan yang paling berkontribusi terhadap PDB pada kuartal II 2022 juga masih lambat. Sektor dominan yang dimaksud Eko adalah industri, pertanian, perdagangan, dan pertambangan.
ADVERTISEMENT
"Itu tumbuh semuanya di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi, di bawah 5,44 persen. Berarti yang tumbuh kemarin itu sektor-sektor yang justru pendukung. Sektor utamanya belum terlalu pulih," ujar Eko.
"Kalau kita enggak dorong dari 4 sektor dominan ini sebetulnya rentan, itu memang benar-benar karena musiman saya rasa triwulan II itu. Jadi lebih pada aspek keberuntungan karena kita ada momentum lebaran karena muslimnya paling besar," tambahnya.
Dia berharap para kuartal III nanti keempat sektor dominan tersebut bisa dipacu lebih tinggi lagi karena tidak akan ada momentum lebaran. Bila tidak dipacu, ia khawatir perekonomian akan kembali lesu.
"Ini sektor industri mungkin saatnya, dan juga pertanian untuk lebih ngegas lagi sehingga realisasinya lebih bagus," pungkasnya.
ADVERTISEMENT