INDEF soal New Normal: Kalau Corona Meningkat Lagi, Ekonomi Ambruk

2 Juni 2020 16:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Personel TNI memberikan imbauan kepada pengunjung untuk tetap menjaga jarak di AEON Mall, Tangerang, Banten, Jumat (29/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Fauzan
zoom-in-whitePerbesar
Personel TNI memberikan imbauan kepada pengunjung untuk tetap menjaga jarak di AEON Mall, Tangerang, Banten, Jumat (29/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Fauzan
ADVERTISEMENT
Wacana pemerintah untuk melonggarkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan menerapkan new normal terus menuai kritik. Langkah tersebut dilakukan dengan tujuan agar masyarakat bisa kembali beraktivitas, sehingga roda ekonomi tetap berjalan.
ADVERTISEMENT
Ekonom INDEF Media menilai, alih-alih bisa memulihkan perekonomian, upaya tersebut justru semakin membuat ekonomi ambruk. Hal itu bisa terjadi karena semakin meningkatnya kasus positif virus corona.
"Memang ketika relaksasi ada perbaikan ekonomi. Tapi ketika ada peningkatan kasus, ekonomi akan ambruk lagi. Indonesia masih berada pada tahapan pembatasan masyarakat, masih banyak angka kasus dan kematian cukup tinggi," ujar Media dalam diskusi online, Selasa (6/2).
Ia menekankan agar pemerintah sebaiknya fokus menekan pertumbuhan COVID-19 ketimbang melakukan new normal. Keputusan memberlakukan new normal ataupun membuka aktivitas ekonomi, baru benar-benar bisa berjalan secara aman jika sudah ada kepastian penurunan angka penderita COVID-19.
Petugas kasir melayani konsumen dari balik sekat plastik di AEON Mall, Tangerang, Banten, Jumat (29/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Fauzan
Ia optimistis Indonesia masih punya peluang yang cukup baik untuk pulih secara ekonomi tanpa perlu buru-buru melonggarkan pembatasan. Atas dasar itu, Media meminta agar pemerintah fokus dalam penanganan kesehatan terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
"Melakukan new normal pembukaan ekonomi bukan jalan pintas, siapa yang mau belanja saat kasus masih meningkat. Indonesia masih punya peluang untuk recovery ekonomi asal jangan terburu-buru," tuturnya.
Lebih lanjut, menurutnya, kebijakan new normal itu hanya akan dampak secara positif terhadap perekonomian jangka pendek. Selain itu juga tak menyasar masyarakat yang rentan terdampak COVID-19.
"Merayakan new normal artinya pandemi ini sudah teratasi dan kita bisa beraktivitas lagi, bukan dipaksakan untuk new normal. Melakukan kebijakan yang tidak pro terhadap masyarakat rentan, tidak pro petani dan lebih menguntungkan pengusaha jangka pendek itu mungkin cukup bagus, tapi dua tahun ke depan terjadi ketimpangan ekonomi," ujarnya.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
ADVERTISEMENT
*****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!