Indeks Manufaktur RI Turun ke 49,3, Fase Terendah Sejak Agustus 2021

1 Agustus 2024 11:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pabrik tekstil. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pabrik tekstil. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Indeks manufaktur Indonesia atau Purchasing Manager’s Index dari S&P Global, tercatat turun ke level 49,3 di Juli 2024, dari bulan sebelumnya 50,7. Indeks di bawah 50 menunjukkan bahwa aktivitas industri pengolahan RI berada pada fase kontraksi atau negatif.
ADVERTISEMENT
"Ini merupakan pertama kali PMI turun ke wilayah negatif sejak bulan Agustus 2021," tulis laporan S&P Global yang dikutip kumparan, Kamis (1/8).
Penurunan indeks manufaktur disebabkan oleh penurunan produksi barang, akibat permintaan baru yang juga melambat. Sementara di sisi lain, banyak perusahaan memilih untuk mengurangi jumlah staf.
Selain itu, kendala pasokan juga sebagai faktor penghambat. Meski demikian, kepercayaan diri industri terhadap output manufaktur membaik hingga level tertinggi sejak Februari 2024.
Proses produksi dan perakitan motor listrik merek ALVA di pabrik berlokasi di Cikarang, Jawa Barat. Foto: ALVA Indonesia
"Permintaan pasar menurun dan merupakan faktor utama penyebab penjualan turun untuk pertama kali dalam satu tahun. Penjualan ekspor baru juga menurun, meski pada tingkatan yang lebih rendah, hal ini sebagian menggambarkan penundaan pengiriman," tulisnya.
Berdasarkan data survei S&P Global, rata-rata waktu pengiriman pasokan diperpanjang untuk pertama kali dalam tiga bulan. Hal ini karena adanya tantangan pada rute pengiriman seperti melalui Laut Merah.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa bukti bahwa meski terjadi penurunan produksi secara keseluruhan, sektor manufaktur terus menghasilkan output berlebih pada bulan Juli. Inventaris barang jadi naik solid untuk kelima kalinya dalam enam bulan terakhir.
Selain itu, inflasi yang masih tinggi dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mendorong produsen untuk menaikkan biaya secara maksimal selama tiga bulan ini. Meski demikian, produsen optimistis kondisi akan membaik di tahun depan.
"Perusahaan percaya diri volume penjualan akan membaik dan kondisi pasar akan menguat pada tahun mendatang," tambahnya.