Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
India Setop Ekspor Beras, Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?
21 Juli 2023 8:10 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Jumat (21/7), pemerintah India mengatakan akan memberlakukan larangan ekspor beras putih non-basmati setelah harga eceran naik 3 persen dalam kurun waktu satu bulan. Kenaikan harga ini disebabkan oleh hujan lebat yang menyebabkan kerusakan signifikan terhadap tanaman.
Langkah pemberhentian ekspor beras pada pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi ini dilakukan untuk mencegah terjadinya inflasi pangan menjelang pemilihan umum tahun depan.
Sebelumnya, Perdana Menteri India, Narendra Modi, juga telah memperpanjang larangan ekspor gandum setelah membatasi pengiriman beras pada September 2022. India juga turut membatasi ekspor gula tahun ini karena hasil panen tebu turun.
Sebagai penyumbang lebih dari 40 persen ekspor beras dunia, keputusan larangan ekspor ini diprediksi dapat meningkatkan harga pangan yang sebelumnya telah didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu dan cuaca yang tidak menentu. Kementerian Pangan India mencatat, harga eceran beras mengalami kenaikan sebesar 11,5 persen selama 12 bulan.
ADVERTISEMENT
"Untuk memastikan ketersediaan beras putih non-basmati yang cukup di pasar India dan untuk menahan kenaikan harga di pasar domestik, pemerintah India telah mengubah kebijakan ekspor," kata Kementerian Pangan India.
Kategori beras pecah dan pecah non-basmati menyumbang sekitar 10 juta ton dari total 22 juta ton ekspor beras India pada 2022. Pemerintah mengklarifikasi pada Kamis malam bahwa beras pratanak, yang mewakili 7,4 juta ton ekspor pada 2022, tidak termasuk dalam larangan tersebut.
"India akan mengganggu pasar beras global dengan kecepatan yang jauh lebih besar daripada yang dilakukan Ukraina di pasar gandum dengan invasi Rusia," kata B.V. Krishna Rao, presiden Asosiasi Eksportir Beras kepada Reuters.
Beras adalah makanan pokok bagi lebih dari 3 miliar orang, dan hampir 90 persen dari tanaman intensi air diproduksi di Asia, di mana pola cuaca El Nino biasanya akan menurunkan curah hujan. Harga beras global sudah berada di level tertinggi dalam 11 tahun.
ADVERTISEMENT
"Larangan ekspor yang tiba-tiba akan sangat menyakitkan bagi pembeli yang tidak dapat menggantikan pengiriman dari negara lain," kata Rao.
Keputusan mendadak yang diambil India ini membuat sejumlah negara eksportir beras ketar-ketir karena tak memiliki persediaan untuk menutupi kekurangan setelah larangan ekspor beras ini diberlakukan. Pembelian Afrika akan paling terpengaruh oleh keputusan India. Negara yang menjadi langganan India antara lain, Benin, Senegal, Pantai Gading, Togo, Guinea, Bangladesh, dan Nepal.
Dampak Penghentian Ekspor Beras India untuk Indonesia
Menteri Pertanian (Mentan ) Syahrul Yasin Limpo memastikan stok beras Indonesia aman di tengah fenomena El Nino. Tapi dia mengakui, pemerintah harus tetap waspada.
Sampai Juli ini setidaknya Kementan mencatat akan ada panen dengan total luas lahan di atas 800 ribu hektar, ditambah Agustus yang juga ada 800 ribu hektar panen.
ADVERTISEMENT
"Overstock kita masih di atas 2 juta ton. Tapi kan kita enggak boleh (lengah), siapa tahu El Nino enggak Agustus-September, bisa berlanjut dan lain sebagiannya. Sehingga Pak Presiden bilang (stok) ini enggak boleh dihitung, dioptimalkan saja yang bisa dilakukan," kata dia di Istana Presiden, Selasa (18/7).
Tahun ini Presiden Jokowi menugaskan agar Bulog bisa mengamankan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di atas 1,2 juta ton. Ini menurutnya menjadi tanggung jawab bersama semua kementerian/lembaga termasuk Bulog.
"Saya masih yakin enggak (terjadi kelangkaan bahan pokok) karena data kita sangat oke, dari kondisi yang ada begini, saya punya pertanaman di atas 10 juta hektar. Yang kita anggap bersoal sampai hari ini cuma 70 ribu hektar, dari 10 juta. Katakan lah imbas El Nino sampai saat ini cuma 70 ribu hektar," pungkas Mentan.
ADVERTISEMENT