Indofarma & Kimia Farma soal Indikasi Fraud: Pinjol oleh Bos-Mau Tutup 5 Pabrik

20 Juni 2024 6:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Indofarma. Foto: Indofarma
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Indofarma. Foto: Indofarma
ADVERTISEMENT
PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk memberikan penjelasan bagaimana kondisi perusahaan dalam rapat dengar pendapat (RDP) kepada Komisi VI DPR RI, Rabu (19/6). Salah satunya terkait indikasi fraud pada laporan keuangan dan dampaknya terhadap kinerja kedua BUMN farmasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Indofarma Tbk (INAF) Yeliandriani mengatakan, fraud yang ditemukan perusahaan salah satunya adalah menarik pinjaman online (pinjol) yang menyebabkan indikasi kerugian Rp 1,26 miliar.
"Pinjol ini benar, dalam laporan yang saya baca ada pinjaman kepada fintech pada tahun 2022, namun itu hanya dipinjam beberapa bulan dan sudah dilunasi," kata Yeliandriani saat RDP.
Direktur Utama Indofarma Yeliandriani. Foto: Dok. Indofarma
Dalam poin temuan indikasi fraud yang dilaporkan BPK, dinyatakan bahwa pinjaman melalui fintech bukan untuk kepentingan perusahaan dan terindikasi merugikan anak usaha Indofarma, PT Indofarma Global Medika (IGM) senilai Rp 1,26 miliar. Tapi Yeliandriani bilang pinjaman itu dilakukan oleh perusahaan dengan mengatasnamakan karyawan mereka.
Perusahaan meminjam ke pinjol melalui dengan meminjam nama-nama karyawan. Memang cukup banyak, dan agak berani fraud yang terjadi di INAF," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Yeliandriani enggan menyebut siapa saja yang terlibat karena saat ini laporan BPK ini sudah masuk di ranah Aparat Penegak Hukum (APH). Namun dirinya memberi kisi-kisi, indikasi fraud yang dilakukan Indofarma ini dilakukan oleh lima orang dengan jabatan tinggi.

Kimia Farma Mau Tutup Pabrik

Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk (KAEF), David Utama, mengatakan pihaknya berencana menutup lima pabrik obatnya. Hal itu dikarenakan beban operasional perusahaan terlalu tinggi karena utilisasi pabrik yang dimiliki tak pernah lebih dari 40 persen.
"Efisiensi. Jadi fasilitas yang kita punya disesuaikan dengan kebutuhan yang kita perlukan," kata David.
David mengatakan perusahaan belum memutuskan skemanya, apakah lima pabrik yang akan ditutup itu akan didivestasikan. Sementara untuk karyawan yang bekerja, akan dilakukan mekanisme sesuai peraturan perundang-undangan. David memastikan karyawan yang terdampak diperlakukan adil.
Dirut Kimia Farma, David Utama. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Penutupan lima pabrik obat ini akan dilakukan paling cepat dalam dua tahun ke depan. "Rasionalisasi pabrik obat pengurusan izinnya bisa dua tahun. Jadi ini akan berjalan. Enggak mungkin setahun selesai," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya David mengaku telah melakukan audit internal dan menemukan dugaan pelanggaran integritas penyediaan data laporan keuangan yang terjadi di anak usaha yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA) periode 2021-2022.
“Hal ini berpengaruh pada pos pendapatan, HPP (Harga Pokok Penjualan), dan beban usaha yang kemudian berkontribusi signifikan terhadap kerugian di tahun 2023,” tutur David dalam keterangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan laporan keuangan dan tahunan, KAEF membukukan penjualan menjadi Rp 9,96 triliun pada 2023, naik 7,93 persen dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar Rp 9,23 triliun. Meski penjualan meningkat, KAEF mencatatkan laba rugi tahun berjalan sebesar Rp 1,81 triliun pada 2023.
Penurunan laba pada 2023 dipengaruhi antara lain oleh penurunan kapasitas di 10 pabrik yang dimiliki, hingga beban keuangan yang naik 18,49 persen secara tahunan, juga HPP yang naik 25,83 triliun.
ADVERTISEMENT