Ilustrasi vaksin corona dari Sinovac

Indonesia Bukan Lagi Pembeli Awal Terbesar Vaksin Corona Buatan Sinovac

12 Oktober 2020 6:12 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pekerja bekerja di fasilitas pengemasan pembuat vaksin Sinovac Biotech. Foto: Thomas Peter/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pekerja bekerja di fasilitas pengemasan pembuat vaksin Sinovac Biotech. Foto: Thomas Peter/REUTERS
ADVERTISEMENT
Produsen vaksin corona asal China, Sinovac Biotech, pernah menyebut Indonesia sebagai negara yang telah mengikat kontrak pembelian terbesar vaksin tersebut. Tapi kini posisi itu tergeser oleh Brasil, yang telah meneken kontrak pembelian vaksin corona sebanyak 46 juta dosis.
ADVERTISEMENT
Soal Indonesia mengimpor vaksin corona dari Sinovac, sebelumnya dikonfirmasi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir. Keduanya secara khusus datang langsung ke China, pada Kamis (20/8) lalu. Pertemuan bilateral dilakukan langsung dengan Menlu China, Wang Yi, untuk memastikan pengadaan vaksin corona tersebut bagi masyarakat Indonesia.
"Ada 2 dokumen yang ditandatangani antara Sinovac dan Bio Farma, yang pertama adalah Preliminary Agreement of Purchase and Supply of Bulk Product of COVID-19 Vaccine, yang menyepakati komitmen ketersediaan supply bulk vaksin hingga 40 juta dosis vaksin mulai November 2020 hingga Maret 2021," ujar Retno dalam press briefing virtual seusai pertemuan tersebut.
Dengan kontrak pengadaan awal sebanyak itu, Juru Bicara Sinovac, Liu Peicheng, menyebut Indonesia sebagai negara pembeli terbesar vaksin corona buatannya. “Sejauh ini, ini merupakan kontrak terbesar pembelian vaksin corona yang dipublikasikan secara terbuka antara perusahaan vaksin China dengan pembelinya,” kata Liu seperti dilansir South China Morning Post, Minggu (6/9).
ADVERTISEMENT
Tapi kontrak tersebut terlampaui, setelah pemerintah negara bagian Sao Paolo, Brasil, meneken kontrak pembelian vaksin corona buatan Sinovac, sebanyak 46 juta dosis. Media asal China, Global Times, melaporkan penandatanganan kontrak tersebut telah dilakukan pada awal Oktober lalu.

Sao Paolo Klaim Cuma Bayar USD 1,96 per Dosis

Masyarakat adat menghadiri pemakaman Kepala Messias Kokama yang meninggal dunia karena virus corona di Parque das Tribos, Manaus, Brasil. Foto: REUTERS/Bruno Kelly
Pemberitaan soal kontrak vaksin corona ini mencuat setelah Gubernur Sao Paolo, João Doria, menyebut kontrak pembelian itu bernilai total USD 90 juta atau hanya setara USD 1,96 per dosis vaksin corona. Jika benar, maka artinya harga itu jauh di bawah perkiraan harga yang diungkapkan Sinovac ke publik.
Sumber Sinovac pun membantah pernyataan João Doria, namun mereka tidak menyatakan pasti berapa harga yang disepakati dengan Sao Paolo, atas alasan kerahasiaan kontrak. “Harga vaksinnya tidak akan serendah itu, karena biaya pengiriman untuk setiap dosis sekitar dua dolar. Pernyataan gubernur Sao Paulo itu salah,” kata sumber di Sinovac.
ADVERTISEMENT
Sementara Menteri BUMN Erick Thohir pernah mengungkapkan, perkiraan harga vaksin corona di Indonesia. "Perhitungan awal kami, vaksin ini untuk harganya antara 25 sampai 30 dolar AS (Rp 350 ribu-Rp 450 ribu) per orang. Namun Bio Farma sedang menghitung ulang lagi," kata Erick dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Kamis (27/8).
Erick yang juga Ketua Tim Pelaksana Pemulihan Ekonomi dan Penanganan COVID-19 menjelaskan, penetapan harga vaksin per orang tersebut telah sesuai dengan harga bahan baku vaksin per dosis sebesar USD 8 atau sekitar Rp 118.000. Tapi dia memperkirakan harga bahan baku vaksin akan turun di kisaran USD 6-USD 7 per dosis.
Sao Paolo sendiri melakukan pengadaan vaksin corona, karena menjadi negara bagian di Brasil yang paling parah terpapar virus corona. Di wilayah dengan sekitar 46 juta penduduk itu, terjadi lebih dari 979.000 kasus infeksi virus corona dengan jumlah kematian mencapai 35.000 orang.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten