Indonesia Butuh Investasi Energi Hijau Rp 885,5 Triliun hingga 2030

17 Desember 2024 20:41 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) on grid Selong kapasitas 7 MWp yang dioperasikan Vena Energy di Kelurahan Geres, Kecamatan Labuhan Haji, Selong, Lombok Timur, NTB, Senin (15/7/2024).  Foto: Ahmad Subaidi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) on grid Selong kapasitas 7 MWp yang dioperasikan Vena Energy di Kelurahan Geres, Kecamatan Labuhan Haji, Selong, Lombok Timur, NTB, Senin (15/7/2024). Foto: Ahmad Subaidi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kebutuhan investasi untuk Energi Baru Terbarukan (EBT) disebut mencapai USD 55 miliar sampai tahun 2030 atau sekitar Rp 885,5 triliun (kurs Rp 16.100 per dolar AS). Sedangkan untuk sampai 2025, nilai investasi yang dibutuhkan untuk EBT adalah USD 14,9 miliar.
ADVERTISEMENT
“Kita inginnya sebanyak mungkin. Kalau saya bicara 2030 kita perlu USD 55 miliar, kalau 2025 kita perlu USD 14,9 miliar untuk Energi Baru Terbarukan,” ungkap Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE) Eniya Listiani di Hotel Mulia, Jakarta Selatan pada Selasa (17/12).
Eniya menuturkan angka tersebut berasal dari hitungan kebutuhan investasi untuk EBT yang ada dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) maupun Non-RUPTL.
“Untuk energi baru tepatkan Itu hitungan berdasarkan teman-teman memastikan investasi yang di RUPTL dan non-RUPTL. Kan ada non-RUPTL tuh kayak Biomassa, Biogas gitu ya Itu non-RUPTL, kan tidak menghasilkan mesin,” pungkasnya.