Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Indonesia Siapkan Strategi Kendalikan Pasar Nikel di Tengah Ketegangan AS-China
10 Desember 2024 15:41 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Indonesia memiliki peluang strategis di tengah ketegangan geopolitik global terkait penguasaan mineral kritis. Saat ini, negara Barat sangat bergantung pada rantai pasokan mineral dari China. Terutama di tengah transisi energi yang membutuhkan bahan baku utama untuk baterai kendaraan listrik (EV) dan teknologi hijau lainnya.
ADVERTISEMENT
Dirjen Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM , Tri Winarno, mengungkapkan ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China memengaruhi dinamika global dalam penguasaan mineral kritis.
"Jujur saja, China yang menguasai (mineral kritis). Barat kalah lah, dunia Barat kalah dari China. Tensi antara AS dan China itu relatif naik. Kalau soal energi, otomatis pembakar emisi terbesar China, AS juga tinggi," kata Tri dalam acara Bisnis Indonesia Outlook 2025 di Hotel Raffles Jakarta, Selasa (10/12).
Menurut Tri, ketergantungan negara-negara Barat terhadap China menjadi masalah besar dalam transisi energi. "Kalau Eropa transisi energi ke EV, maka dia memiliki ketergantungan tinggi ke China. Kalau dia pro energi fosil, dia ketergantungan ke AS dan Rusia," katanya.
ADVERTISEMENT
Dia menyebut, kondisi ini membuat dunia semakin dinamis dan penuh tantangan. Di sisi lain, Indonesia perlu memanfaatkan momentum ini untuk memaksimalkan perannya dalam pasar mineral kritis.
Salah satu langkah strategis yang diambil pemerintah adalah mengatur produksi nikel agar tidak jenuh di pasar. Sehingga harga tetap stabil dan memberikan manfaat optimal.
"Contoh nikel, kita mulai atur produk apa di pasar. Jangan sampai over, jadi optimal aja. Nanti kita batasin produk nikel yang jenuh di pasar supaya harga naik," jelas Tri.
Selain nikel, ia juga menyoroti potensi kenaikan harga tembaga dalam waktu dekat. "Kalau tembaga, harapannya satu sampai tiga tahun ke depan harganya naik signifikan dan memberikan kita banyak manfaat," ujarnya.