Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Di tengah pandemi COVID-19 yang belum usai, Industri Maintenance, Repair and Overhaul (MRO) diprediksi bakal menjadi bisnis yang menjanjikan. Hal itu berkaitan dengan traffic penumpang di Indonesia yang selalu tumbuh 2 digit.
ADVERTISEMENT
Pengamat Bisnis Penerbangan AIAC Arista Atmadjati menjelaskan, pertumbuhan tersebut membuat maskapai akan menambah jumlah armada. Sehingga berpengaruh ke bisnis MRO khususnya di Indonesia.
Arista mengungkapkan, Kemenperin juga telah menghitung potensi bisnis industri MRO yang mencapai USD 920 juta atau Rp 12,1 triliun (kurs Rp 13.200).
“Dalam empat tahun ke depan diperkirakan bisa naik menjadi USD 2 miliar, setara Rp 26,4 triliun. Untuk itu, para pelaku industri penerbangan tengah mendorong peningkatan kapasitas dan kapabilitas industri MRO di Indonesia,” kata Arista kepada kumparan, Selasa (5/5).
Agar potensi bisnis itu terjaga dengan baik, Arista berharap kebijakan dari Kemenperin harus dijalankan dengan baik. Beberapa kebijakan yang dimaksud Arista adalah memenuhi ketersediaan komponen pesawat dengan mendorong pembangunan industrinya.
Peningkatan jumlah SDM industri MRO, pembangunan aerospace park atau kawasan industri kedirgantaraan yang terintegrasi untuk mendukung industri kedirgantaraan dalam negeri, sampai pemberian insentif untuk peningkatan daya saing industri kedirgantaraan nasional.
ADVERTISEMENT
“Secara faktual, untuk merawat 1.500 pesawat di Indonesia, hanya 4 MRO yang bisa dibilang kredibel dan cukup kredibel, di antaranya PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk, MRO Lion Air di Batam, MRO Pelita Air, dan Merpati Maintenance Facilities (MMF) di Surabaya,” ujar Arista.
Arista mengatakan, peningkatan potensi MRO sebenarnya sudah terlihat saat virus corona berlangsung seperti yang dialami GMF. Ia membeberkan, larangan terbang membuat GMF dijadikan alternatif perawatan termasuk untuk maskapai internasional.
“Hingga awal Maret 2020, ada 3 airframe yang dijadwalkan akan melakukan paket perawatan pesawat ke GMF. Sementara pada Februari 2020, GMF telah mengantongi order untuk 35 proyek Aircraft Redelivery,” ungkap Arista.
“Angka ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2019. Pada Desember 2019, komposisi perbandingan customer internasional sebesar 71 persen, sementara tahun ini diharapkan naik 85 persen,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona .
*****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!