Inflasi Juni Diprediksi Melandai di Level 2,65 Persen

30 Juni 2024 15:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vice President Economist Permatabank Josua Pardede. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Vice President Economist Permatabank Josua Pardede. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka inflasi Juni pada Senin (1/7). Sejumlah ekonom memproyeksi inflasi Juni melandai ketimbang Mei yang mencatatkan deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan atau month to month (mtm) dan 2,84 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
ADVERTISEMENT
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi inflasi Juni berada di level 0,06 persen mtm. Dan secara tahunan sebesar 2,65 persen yoy.
“Inflasi bulan Juni 2024 diperkirakan sebesar 0,06 persen mtm atau 2,65 persen yoy,” kata Josua kepada kumparan, Minggu (30/6).
Josua mengatakan pendorong inflasi Juni berasal dari komponen inflasi inti. Sementara kelompok harga bergejolak diperkirakan akan kembali mengalami deflasi bulanan.
Di sisi lain, kelompok harga diatur pemerintah diperkirakan mengalami inflasi bulanan yang terkendali. Inflasi harga bergejolak diperkirakan akan mencatat deflasi bulanan
“Inflasi inti bulanan diproyeksikan sedikit meningkat menjadi 0,18 persen mom di Juni 2024 dari 0,17 persen di Mei 2024,” ujar Josua.
Josua mengatakan naiknya inflasi inti disebabkan oleh depresiasi rupiah yang menyebabkan peningkatan imported inflation.
Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual di Hotel Marianna Samosir, Minggu (28/4). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
Dihubungi terpisah, Kepala Ekonomi Bank BCA, David Sumual, memproyeksi inflasi Juni berada di level 0,19 persen mtm dan 2,96 persen yoy. Sementara inflasi inti diproyeksi sebesar 2,03 persen yoy.
ADVERTISEMENT
“Inflasi inti cenderung masih akselerasi karena komponen pakaian, perlengkapan rumah tangga hingga kesehatan. Ditambah harga emas secara secara tahunan sedikit akselerasi,” tutur David.
David juga menyoroti pelemahan rupiah. Menurutnya, pasar masih menahan kenaikan harga akibat pelemahan rupiah.
“Yang harus diwaspadai pelemahan rupiah. Pelaku sektor riil kebanyakan masih menahan kenaikan harga jual akibat pelemahan rupiah,” ungkap David.