Inflasi, Musuh Terbesar Banyak Negara yang Ditakuti Jokowi

30 September 2022 8:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi pada Ratas Mengenai Kebijakan Visa on Arrival, Istana Merdeka, Jumat (9/9/2022). Foto: Lukas/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi pada Ratas Mengenai Kebijakan Visa on Arrival, Istana Merdeka, Jumat (9/9/2022). Foto: Lukas/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan kembali bahaya lonjakan inflasi yang dikhawatirkan banyak negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Dia memproyeksi ketidakpastian ekonomi global ini masih akan terjadi di tahun depan.
ADVERTISEMENT
Jokowi menyebutkan akibat kenaikan harga energi hingga suku bunga acuan di berbagai negara, inflasi pun melonjak. Dia memaparkan, sudah ada 5 negara yang inflasinya melonjak hingga di atas 80 persen.
Sementara di Indonesia, Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga acuan dua kali ke posisi 4,25 persen bulan ini. Adapun inflasi Indonesia per Agustus 2022 mencapai 4,69 persen dan diprediksi tembus 6 persen di akhir tahun ini.
"Ini pertama kali saya sampaikan, momok terbesar adalah inflasi. Kenaikan barang dan jasa. Momok semua negara saat ini. Biasanya cuma (inflasi) 1 persen, sekarang ada yang 8 (persen, bahkan ada yang 80 persen (inflasi)," kata Jokowi dalam memberikan pengarahan kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pimpinan BUMN, Pangdam, Kapolda dan Kajati, di Jakarta Convention Center, Kamis (29/9).
ADVERTISEMENT
Dia menyebut di negara lain, inflasi urusan bank sentral seperti Bank Indonesia (BI) dengan cara menaikkan suku bunga acuan, dengan begitu uang beredar bisa dikontrol. Tapi teori tersebut, kata dia, tidak menjamin akan berhasil di situasi saat ini.
Presiden Joko Widodo menyampaikan arahan kepada seluruh menteri, kepala lembaga, kepala daerah, pimpinan BUMN, Pangdam, Kapolda dan Kajati di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
Karena itu, di dalam negeri, Jokowi ingin masalah ini ditangani semua pihak dan elemen negara. Dia melihat sejauh ini BI, Kemenko Ekonomi, Kementerian Keuangan, dan lembaga lain sudah kompak merespons inflasi tanpa harus intervensi bank sentral pimpinan Perry Warjiyo itu.
"Tapi yang lebih penting adalah bukan rem uang beredar, kita selesaikan di ujung yaitu kenaikan barang dan jasa yang itu menjadi tanggung jawab semua. Caranya? Yang kita takuti sekarang inflasi, bahan pangan yang jadi kontribusi inflasi terbesar Agustus ini. Urusan cabai, bawang merah, telur ayam, tomat, tahu, mi instan, tempe, dan beras. Hati-hati barang ini. Cek harian!" kata dia.
ADVERTISEMENT
Ancaman Resesi Global, Tahun Depan Akan Gelap
Dalam kesempatan sama, Jokowi juga mengingatkan para menteri hingga pejabat daerah soal kengerian ekonomi dunia tahun ini dan tahun depan. Gejolak ekonomi akibat perang Rusia-Ukraina, kenaikan suku bunga, inflasi, kelaparan, akan membuat dunia terancam resesi global.
Dia meminta para pejabat negara untuk memiliki sense of crisis karena Indonesia juga terdampak akibat ancaman resesi global.
"Tiap hari kita selalu diingatkan, kalau kita baca di media sosial, media online, semua mengenai resesi global. Tahun ini sulit dan tahun depan, sekali lagi saya sampaikan, akan gelap dan kita enggak tahu badai besarnya sekuat apa, enggak bisa dikalkulasi," ujarnya.
Jokowi menjelaskan, krisis pangan yang melanda dunia menyebabkan 345 juta orang di 28 negara menderita kekurangan pangan akut. Selain itu, sebanyak 19.600 orang meninggal setiap hari karena kelaparan. Dia pun menilai Indonesia masih jauh lebih baik dari negara-negara yang tertimpa dampak dari krisis pangan.
ADVERTISEMENT
Perang Tidak Akan Berhenti Tahun Depan
Berdasarkan pertemuannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin, Jokowi menyimpulkan bahwa konflik geopolitik antara Rusia-Ukraina yang menjadi salah satu faktor kesulitan ekonomi dunia, masih akan berlanjut.
“Kesimpulannya sama, perang tidak akan berhenti besok, bulan depan, atau tahun depan. Artinya, (ekonomi dalam) keadaan yang enggak jelas, sehingga yang kita perlukan itu endurance yang panjang,” tuturnya.
Dia menegaskan kondisi ekonomi dunia yang sedang sulit membuat krisis pangan akut. Pertemuan Jokowi dengan kepala-kepala negara juga mengungkap bahwa dunia dalam situasi yang sulit, bukan hanya Indonesia.
“Saya bertemu di G7 ada Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Prancis Macron, PM Italia yang lalu, dan Presiden Uni Eropa Ursula von der Leyen, tapi tidak dalam forum formalnya, tapi di saat makan malam. Dari situlah saya bisa menyimpulkan semuanya sulit,” ungkap Jokowi.
ADVERTISEMENT