Ingin Kuasai Industri Baterai Listrik, AS Gelontorkan Rp 45 T ke 25 Proyek

22 September 2024 14:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Baterai lithium. Foto: DestinaDesign/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Baterai lithium. Foto: DestinaDesign/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Departemen Energi Amerika Serikat (DOE) bakal menggelontorkan USD 3 miliar atau sekitar Rp 45,48 triliun (kurs Rp 15.160) untuk 25 proyek sektor manufaktur baterai di 14 negara bagian saat pemerintahan Biden berupaya mengalihkan rantai pasokan dari China.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Minggu (22/9), proyek tersebut akan meningkatkan produksi baterai canggih dan material baterai dalam negeri, serta mengikuti penerapan aturan kredit pajak kendaraan listrik AS untuk mengalihkan produksi baterai dan mineral penting dari China.
Dana tersebut juga akan digunakan untuk mendanai mineral penting olahan tingkat baterai, komponen, produksi baterai, dan daur ulang, dan akan menghasilkan total investasi sebesar USD 16 miliar.
"Keberadaan mineral sangat penting bagi keamanan iklim. (Investasi ini) cara kita untuk mempersiapkan diri memimpin industri teknologi baterai untuk generasi berikutnya, dari yang solid state hingga kimia baru lainnya,” imbuhnya.
Albemarle (ALB.N), akan menerima USD 67 juta untuk sebuah proyek di North Carolina yang memproduksi bahan anoda dalam jumlah komersial untuk baterai lithium-ion generasi berikutnya. Sementara Honeywell (HON.O) akan menerima USD 126,6 juta untuk membangun fasilitas berskala komersial di Louisiana guna memproduksi garam elektrolit utama yang dibutuhkan untuk baterai lithium.
CATL kenalkan baterai kendaraan listrik, Tianxing-B yang dirancang tahan 15 tahun atau 1,5 juta kilometer. Foto: CATL
Kemudian, Dow (DOW.N) akan menerima USD 100 juta untuk memproduksi pelarut karbonat bermutu baterai untuk elektrolit baterai lithium-ion. Sementara Clarios Circular Solutions, yang bermitra dengan SK ON dan Cosmo Chemical (005420.KS) akan menerima USD 150 juta untuk proyek di Carolina Selatan untuk mendaur ulang bahan sisa produksi baterai lithium-ion dari SK ON, unit baterai SK Innovation (096770.KS), .
ADVERTISEMENT
“Saat ini sebagian besar sampah produksi AS diekspor oleh pedagang material untuk diproses, sebagian besarnya di China,” kata DOE.
DOE berencana memberikan penghargaan senilai USD 225 juta untuk produksi litium karbonat oleh SWA Lithium, yang dimiliki bersama oleh Standard Lithium (SLI.V) dan Equinor (EQNR.OL), menggunakan teknologi Direct Lithium Extraction (DLE). DOE juga berencana untuk memberikan USD 225 juta kepada TerraVolta Resources untuk memproduksi litium dari air garam menggunakan DLE.
Revex Technologies, sebuah kemitraan yang didirikan bersama oleh Lundin Mining (LUN.TO), akan menerima USD 145 juta untuk tiga fasilitas Michigan untuk mengubah limbah dari satu-satunya tambang nikel primer AS yang beroperasi untuk menghasilkan produksi nikel dalam negeri untuk setidaknya 462.000 baterai EV setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, DOE berencana memberikan USD 166 juta kepada South32 Hermosa di Patagonia, Arizona untuk penambangan mangan sulfat monohidrat (HPMSM) dengan kemurnian tinggi untuk kimia baterai kendaraan listrik. Saat ini lebih dari 96 persen HPMSM dibuat di Cina.
DOE juga berencana untuk memberikan USD 166,1 juta untuk proyek HPMSM lainnya di Louisiana untuk Elemen 25 (E25.AX), dari bijih mangan yang bersumber dari tambang Elemen 25 di Australia Barat.
Group14 Technologies akan menerima USD 200 juta untuk mengembangkan pabrik produksi silana di Moses Lake, Washington, AS. Sumber silana terbesar saat ini adalah Cina, bahan yang dibutuhkan untuk baterai silikon.
Birla Carbon akan menerima USD 150 juta untuk grafit sintetis generasi berikutnya yang tidak akan menggunakan material dari China.
ADVERTISEMENT
DOE sebelumnya telah memberikan USD 1,82 miliar kepada 14 proyek. DOE mengatakan bahwa proyek yang dipilih harus menyelesaikan negosiasi dan tinjauan lingkungan sebelum diberikan.