Ini Analisis Ekonom soal Kondisi Ekonomi RI Saat Prabowo Jadi Presiden

15 Februari 2024 17:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Capres dan Cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menyapa simpasitan usai dinyatakan unggul dari perhitungan cepat di kediamannya Jalan Kartanegara, Jakarta Selatan, Rabu (14/2/2024). Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Capres dan Cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menyapa simpasitan usai dinyatakan unggul dari perhitungan cepat di kediamannya Jalan Kartanegara, Jakarta Selatan, Rabu (14/2/2024). Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Paslon 02 Prabowo-Gibran unggul di quick count berbagai lembaga survei, dengan persentase suara mendekati 60 persen. Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, memberikan gambaran bagaimana kondisi perekonomian Indonesia ketika Prabowo benar-benar memimpin Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pertama, Bhima menganalisa bagaimana wait and see yang dilakukan oleh investor sebelum menggelontorkan modal mereka di Indonesia.
"Jadi kalau lihat hasil quick count yang menang Prabowo-Gibran, ini investor tetap memperhatikan beberapa hal. Pertama apakah ada gugatan bagi mereka yang kalah mereka menggugat di Mahkamah Konstitusi, itu juga jadi salah satu isu," kata Bhima kepada kumparan, Kamis (15/2).
Kedua, juga ada faktor terkait kemampuan anggaran di APBN membiayai program kebijakan populis Prabowo-Gibran seperti program makan siang dan susu gratis. Untuk menjalankan program ini dibutuhkan Rp 400 triliun per tahun.
Bhima melanjutkan, jajaran menteri-menteri yang akan menjabat di bidang ekonomi juga bakal disorot investor.
ADVERTISEMENT
Bhima menegaskan, menakar ekonomi ke depan misalnya Prabowo terpilih adalah perkara yang kompleks. Dari sisi eksternal juga ada faktor persaingan dengan internasional, pertumbuhan ekonomi global melambat, sampai ekonomi China sebagai mitra dagang Indonesia yang sedang lesu.
Bhima menakar bila Prabowo terpilih nanti, isu pertama yang akan diselesaikan pemerintah adalah masalah stabilitas harga pangan.
"Karena masalah stabilitas harga pangan ini bisa terjadi lagi dalam kurun waktu 2025 ke depan. Mengingat memang stok beras itu mengalami penurunan tajam kemudian gula dan pangan lain ini. Juga siapa Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan yang bisa menyelesaikan itu. Itu yang ditunggu pelaku usaha, pelaku pasar," pungkas dia.

Khawatir Prabowo Salah Kelola Uang Negara

Akun media X @Strategi_Bisnis menyebut ada 3 risiko ekonomi bisnis yang muncul bila Prabowo terpilih jadi Presiden Indonesia. Tertera dalam bio akun tersebut, admin akun X ini bernama Yodhia Antariksa, seorang founder dan CEO sebuah perusahaan di bidang jasa konsultan manajemen.
ADVERTISEMENT
Dirinya mengenalkan diri sebagai seorang konsultan manajemen untuk lebih dari 150 klien, baik untuk perusahaan swasta nasional, BUMN, perusahaan multinasional ataupun beragam kementerian dan lembaga pemerintahan di Indonesia.
"Dari sisi ekonomi/bisnis, terpilihnya Prabowo munculkan 3 risiko: Blunder milih Menkeu, terbawa emosi saat kelola keuangan negara, tergelincir dalam mega-skandal yang bikin pasar keuangan terguncang," tulisnya dalam akun @Strategi_Bisnis.
Capres 02 Prabowo Subianto memeluk cawapres Gibran Rakabuming Raka usai pidato kemenangan Pemilihan Presiden 2024 versi quick count di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (14/2/2024). Foto: Dok. Istimewa
Dalam thread dijabarkan beberapa kemungkinan nama-nama yang mungkin akan dipilih Prabowo jadi menteri keuangannya, seperti Chatib Basri, Suahasil Nazara, sampai Sri Mulyani yang akan melanjutkan jabatannya di rezim yang baru.
Risiko kedua adalah kekhawatiran terbawa emosi ketika mengelola keuangan. Akun tersebut khawatir ekonomi Indonesia amburadul karena Prabowo terbawa emosi saat ambil kebijakan.
"Jangan sampai seperti Argentina. Gara-gara Presidennya sembrono lakukan pengeluaran keuangan, ekonomi Argentina jadi ambruk berkali-kali. Ngeri kalau RI sampai seperti Argentina. Inflasi 125 persen," tulis dia.
ADVERTISEMENT
"Aspek emosi Pak Prab ini yang harus dikelola dengan baik. Jangan biarkan tantrum beliau rusak proses decision making keuangan negara. Harus ada orang-orang di sekitarnya yang berani ingatkan Pak Prab. Harus ada devil's advocate. Jangan semua yes man," sambungnya.
Risiko ketiga yang dia tulis adalah risiko Prabowo akan terpeleset dalam mega skandal, seperti korupsi besar. Hal itu dikhawatirkan akan memberi dampak sangat mengguncang bagi ekonomi dan pasar keuangan bila benar terjadi. "Kemungkinan ini bisa terjadi," tulisnya.