Ini Arahan Gubernur BI Soal Normalisasi Moneter Saat Kasus Covid-19 Melandai

21 Maret 2022 20:03 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (28/9/2021). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (28/9/2021). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Normalisasi kebijakan moneter sudah mulai dilakukan berbagai negara di dunia, menyusul pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19 yang mulai melandai. Sama halnya dengan Bank Indonesia (BI) melalui suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
ADVERTISEMENT
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan arah kebijakan moneter dan fiskal untuk tahun 2022 ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mengatasi dampak normalisasi global.
"Bu Sri Mulyani dan saya terus melakukan koordinasi bagaimana normalisasi kebijakan fiskal dengan defisit fiskal yang menurun tahun ini, dan juga normalisasi kebijakan moneter tetap bisa memperkuat stabilitas ekonomi," kata Perry saat Kuliah Umum BI, Senin (21/3).
Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani saat Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Perry menegaskan, normalisasi fiskal dan moneter akan dilakukan secara bertahap tanpa memengaruhi kemampuan sektor riil, kemampuan perbankan untuk tumbuh, dan juga mendorong pemulihan ekonomi nasional.
Dia mengatakan, untuk kenaikan suku bunga acuan BI akan tetap dipertahankan rendah jika belum ada pertanda kenaikan inflasi. Dengan begitu, kebijakan ini tidak akan membebani perbankan maupun dunia usaha.
ADVERTISEMENT
"Untuk itu kebijakan moneter kita akan lebih diarahkan kepada pro stability, melalui kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah, pengurangan likuiditas secara bertahap, dan suku bunga rendah sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi secara fundamental nantinya," jelas dia.
Lanjut dia, selain normalisasi moneter, BI juga akan terus melakukan pelonggaran kebijakan makro yaitu dengan mendorong pembiayaan ke sektor riil, digitalisasi, pendalaman pasar keuangan, dan stimulus lainnya untuk mendukung UMKM dan ekonomi syariah.
Perry optimis, Indonesia memasuki masa pemulihan ekonomi tahun ini. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 4,7-5,5 persen, didukung oleh kinerja ekspor, konsumsi rumah tangga, investasi non bank, hilirisasi manufaktur, dan penanaman modal asing (PMA).
Dia juga memperkirakan, ketahanan keuangan Indonesia akan semakin kuat, dari sisi perbankan dengan non performing loan (NPL) yang semakin rendah, kredit tumbuh lebih cepat yaitu 6,6 persen, dan sektor UMKM tumbuh 14,1 persen,
ADVERTISEMENT
"Insya Allah harga-harga kita stabil dan ketahanan eksternal juga lebih kuat untuk mengatasi dampak global, yaitu dari ketegangan politik, normalisasi kebijakan moneter dan fiskal, dan risiko pasar keuangan global," pungkasnya.