Ini Besaran Uang yang Diterima Karyawan Garuda Jika Setuju Pensiun Dini

30 Mei 2021 10:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra bediri di depan Pesawat Garuda Indonesia Boeing 373-800 NG dengan desain masker baru sebagai bagian dari kampanye penggunaan masker di tengah pandemi COVID-19. Foto: ADEK BERRY/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra bediri di depan Pesawat Garuda Indonesia Boeing 373-800 NG dengan desain masker baru sebagai bagian dari kampanye penggunaan masker di tengah pandemi COVID-19. Foto: ADEK BERRY/AFP
ADVERTISEMENT
PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) mempercepat program pensiun dini kepada karyawannya. Program ini ditawarkan karena perusahaan dalam kondisi sulit bertahan di masa pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Pengumuman ini disampaikan langsung Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra Rabu (19/5) kepada para karyawannya. Irfan mengatakan mereka yang akan mengambil dan bersedia ikut dalam pensiun dini akan memperoleh hak sesuai pasal 64 Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
"Yaitu 2 kali pesangon, 1 kali uang penghargaan masa kerja, uang pengganti hak, dan tiket konsesi buat mereka yang masih kerja aktif di atas 16 tahun," katanya dalam pertemuan internal Garuda Indonesia.
Program pensiun dini dibuka mulai 19 Mei 2021, saat Irfan mengumumkan hal tersebut dan ditutup pada 19 Juni 2021. Menurut dia, program ini dipercepat karena berapa pun usia karyawannya, berhak ikut, termasuk lama waktu bekerja di Garuda Indonesia.
Selain komponen-komponen tersebut yang tercantum di pasal 62 PKB, Irfan mengungkapkan manajemen akan menambahkan 2 kali penghasilan bulanan. Kemudian kompensasi atas sisa cuti yang belum diambil, kompensasi atas casual sickness tahun 2020, tunjangan tengah tahun 2020 dan tahun 2021 bagi yang eligible (berhak),
ADVERTISEMENT
"Juga bantuan istirahat tahunan 2020 dan 2021 bagi yang eligible dan belum dibayarkan, dan tentu saja pembayaran penghasilan yang selama ini kita tunda dan menjadi hak teman-teman sekalian," kata Irfan.
Rapat internal Garuda Indonesia ini tersebar ke publik dalam bentuk rekaman audio. Dalam keterangannya di Bursa Efek Indonesia, Garuda Indonesia mengatakan telah mengatur secara tegas mengenai larangan penyebarluasan informasi internal mengacu kepada aturan yang berlaku di perseroan.
"Namun demikian, perkembangan teknologi informasi saat ini memungkinkan terjadinya penyebarluasan informasi internal di luar kontrol Perseroan. Lebih lanjut, perseroan tengah melakukan penelusuran atas peristiwa tersebarnya rekaman rapat internal dimaksud," kata manajemen pada Kamis (27/5).
Konferensi pers Serikat Bersama PT Garuda Indonesia menyikapi opsi pensiun dini dari perusahaan, Jumat (28/5). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Sementara itu, dalam keterangan pers Sekber Garuda pada Jumat lalu, Koordinator Sekber Garuda, Tomy Tampatty, mengatakan hingga saat ini pihaknya belum memutuskan menerima atau menolak opsi pensiun dini dari manajemen.
ADVERTISEMENT
Para pekerja juga sepakat meminta bantuan Presiden Jokowi untuk mencari jalan tengah atas persoalan tersebut. Ketimbang melakukan restrukturisasi, mereka berharap ada langkah lain yang bisa ditawarkan pemerintah.
Mereka masih berharap Presiden Jokowi bisa mengintervensi dan memberikan opsi lain, yakni menyelamatkan Garuda beserta awak yang bekerja di dalamnya.
"Dalam waktu dekat, kami akan temui Bapak Presiden Jokowi, Menteri BUMN, Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan, Ketua MPR, DPR, komisi terkait untuk menyampaikan opsi penyelesaian," kata Tomy.
Garuda Indonesia bukanlah satu-satunya maskapai penerbangan yang terkena turbulensi akibat pandemi. Kondisi serupa dialami seluruh perusahaan maskapai secara global. Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) telah memperkirakan industri penerbangan global bakal mengalami kerugian hingga USD 47,7 miliar dan laba bersih yang anjlok hingga 10,4 persen sepanjang tahun ini.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini sedikit lebih baik dibandingkan 2020 lalu ketika industri penerbangan merugi USD 126,4 miliar dengan margin laba bersih yang anjlok 33,9 persen. Sayangnya, pemulihan yang diharapkan terjadi di tahun ini tidak semudah yang diharapkan. Penerbangan domestik memang mulai rebound. Namun masih banyak negara yang menutup penerbangan internasional.
“Meskipun diperkirakan 2,4 miliar orang bepergian melalui udara pada tahun 2021, maskapai penerbangan tetap harus menghabiskan uang USD 81 miliar lebih,” ujar Direktur Jenderal IATA Willie Walsh dalam sebuah keterangan resmi.
Secara global, data IATA menunjukkan bahwa permintaan atau demand di sepanjang 2021 diprediksi merosot 57 persen dibandingkan pada 2019. Sedangkan kapasitas di tahun ini juga di prediksi bakal terjun 47,2 persen dibandingkan 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Laporan dari CNBC menyebutkan, pada akhir 2020 lalu maskapai di Amerika Serikat juga memangkas jumlah karyawan hingga 90.000 pekerja. Serikat pekerja di sana telah berulang kali mendesak pemerintah AS menggelontorkan bantuan senilai USD 25 miliar. Sayangnya usulan tersebut masih menemui jalan buntu.