Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Toko kelontong Madura tangguh menghadapi hantaman pandemi COVID-19, pun di tengah persaingan bisnis dengan gerai minimarket ternama semacam Alfamart dan Indomaret. Belum lagi, supermarket yang juga tak kalah banyak jumlahnya.
Sebut saja di Yogyakarta, semakin mudah menemukan toko-toko kelontong dengan pom bensin mini di depannya. Pom bensin mini menjadi ciri utama toko kelontong Madura. Toko yang rata-rata hanya 3 kali 3 meter ini relatif memiliki pilihan produk beragam seperti rokok, sembako, gas, hingga jajanan.
Direktur Center of Law and Economic Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menjelaskan, kesuksesan bisnis kelontong Madura didukung oleh beberapa faktor. Pertama, jaringan logistik sudah terbentuk sangat baik dan biasanya ada hubungan kekeluargaan sesama komunitas Madura.
"Ekspansinya pun dibantu dengan rekrutmen pekerja berasal dari keluarga dekat di komunitas Madura. Itu salah satu membuat biaya tenaga kerjanya relatif lebih rendah daripada minimarket," jelasnya kepada kumparan, Minggu (15/1).
ADVERTISEMENT
Bhima melanjutkan, kelebihan toko kelontong Madura sehingga menjadi pilihan utama belanja masyarakat yaitu tidak ada biaya parkir. Menurut dia, kadang orang enggan datang ke gerai minimarket karena kerap ditagih biaya parkir.
"Kita belanjanya Rp 5 ribu barangnya, parkirnya sama dengan biaya belanja, itu bikin konsumen berpikir ulang terutama bagi konsumen yang rata-rata ekonomi menengah ke bawah," tutur dia.
Dia menambahkan, faktor lokasi toko kelontong Madura yang dekat dengan pemukiman juga menjadi keunggulan, didukung produknya relatif lengkap untuk kebutuhan sehari-hari sehingga warga sekitar tidak perlu pergi ke pasar atau ke toko yang lebih besar.
"Ada produk perawatan tubuh dan kosmetik yang harganya terjangkau, ada sembako, minuman ringan, itu yang membuat mereka bisa mendapatkan segmentasi pasar yang stabil," tambah Bhima.
ADVERTISEMENT
Bhima melanjutkan, hampir semua toko kelontong Madura mengandalkan produk rokok untuk mendulang keuntungan. Produk rokok, batangan atau kemasan, menjadi kontributor margin toko kelontong yang terbesar.
Selain karena tenaga kerja dan biaya logistik yang murah, toko kelontong Madura juga biasanya memanfaatkan rumah pribadi sehingga tidak butuh biaya sewa tempat. Hal ini membuat modal bisnisnya sangat terjangkau.
"Lalu toko kelontong Madura sudah punya daya tarik cukup lama, jadi tidak perlu marketing, tanpa memberikan diskon, biaya pemasarannya bisa dikatakan hampir tidak ada," ujarnya.
Terakhir, Bhima pun mengapresiasi semangat, mentalitas, dan etos kerja yang dimiliki masyarakat Madura dalam membangun jejaring toko kelontong Madura di berbagai kota ini. Hal ini dibuktikan dengan pedagang rela tidak libur untuk membuka toko 24 jam dalam seminggu penuh.
ADVERTISEMENT
"Jam operasional toko Madura ini memenangkan persaingan, selalu ada 24 jam dalam satu minggu penuh, ini yang tidak bisa disaingi oleh minimarket yang terbatas oleh jam operasional," ucap dia.
Kelebihan ini pula yang membuat toko kelontong Madura berkembang pesat selama pandemi COVID-19. Di saat toko-toko besar tutup karena aturan PPKM atau PSBB, toko Madura memanfaatkan situasi dengan buka seharian penuh.
"Fast moving consumer goods (FMCG) yang dijual toko kelontong juga memberikan manfaat yang sangat besar bukan hanya dari sisi konsumen atau pemilik warung, tapi juga dari sisi principal, maksudnya perusahaan produsen manufaktur skala besar," pungkasnya.
Live Update
Mantan Menteri Perdagangan RI Tom Lembong menjalani sidang putusan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (26/11). Gugatan praperadilan ini merupakan bentuk perlawanan Tom Lembong usai ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung.
Updated 26 November 2024, 10:01 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini