Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ini Komitmen GIFA-METEC untuk Industri Pengecoran Logam dan Metalurgi Indonesia
24 September 2024 18:20 WIB
·
waktu baca 4 menitDiselenggarakan bersama dengan pameran Mining Indonesia dan Construction Indonesia, GIFA-METEC Indonesia menegaskan kembali komitmennya untuk memajukan sektor pengecoran logam, metalurgi, dan industri besi baja , serta sektor pemrosesan logam dalam negeri.
Berlangsung selama empat hari, GIFA-METEC Indonesia telah menampilkan teknologi dan inovasi terbaru milik 313 peserta pameran dari 23 negara serta berhasil menarik 5.505 pengunjung. Jumlah ini menandai 12 persen peningkatan dibandingkan gelaran pertama pada 2023 lalu.
Managing Director Messe Düsseldorf Asia, Gernot Ringling menyampaikan optimismenya bahwa pameran ini dapat mendorong sektor pengecoran dan metalurgi di Indonesia. Hal ini mengacu sumber daya alam Indonesia yang melimpah dan kesiapannya untuk berkembang.
“Pameran ini memainkan peran penting dalam mendukung pengembangan sektor pengecoran logam dan metalurgi di Indonesia. Dengan mempertemukan para pelaku industri dan berbagai inovasi teknologi, kami membantu membangun jaringan profesional dan pertukaran pengetahuan, demi mendorong kemajuan yang berkelanjutan dalam industri ini,” kata Ringling.
Project Director Messe Düsseldorf Asia, Beattrice J. Ho juga menyebut, pameran ini bisa mendukung pertukaran praktik-praktik terbaik dan perkembangan pengetahuan sektor pengecoran logam dan metalurgi.
Terlebih, menurut Beattrice, para pengunjung yang hadir sangat tertarik untuk belajar tentang perkembangan teknologi terbaru bidang pengecoran logam atau sektor terkait.
“Mereka secara khusus berfokus untuk meningkatkan efisiensi, konservasi energi, kelestarian lingkungan, dan usaha dekarbonisasi. Itulah mengapa mereka datang ke sini, untuk terhubung dengan teknologi tepat guna yang akan membantu mereka mencapai tujuan-tujuan tersebut,” ujarnya.
Beattrice juga menyadari kebutuhan akan permintaan sektor pengecoran logam dan metalurgi. Hal ini mengingat potensi cadangan nikel di Indonesia yang sangat besar ditambah dengan target untuk menjadi negara dengan perekonomian terkemuka pada tahun 2035.
“Perluasan area pameran sebesar 31 persen tahun ini dan meningkatnya jumlah peserta pameran menggarisbawahi permintaan akan teknologi dan solusi pengecoran dan metalurgi di wilayah ini,” ujarnya.
Karenanya, kata Beattrice, pameran kali ini difokuskan pada keberlanjutan dan inovasi ramah lingkungan untuk memenuhi permintaan global atas solusi rendah karbon.
“Keberlanjutan sekarang menjadi fokus utama bagi masa depan industri metalurgi, dengan green-steel menjadi komponen penting dalam usaha dekarbonisasi di sektor ini dan mendukung praktik manufaktur yang bertanggung jawab terhadap lingkungan,” katanya.
Hadirnya pameran ini juga disambut antusiasme para peserta. Salah satunya, Deputy GM APAC Distribution OES di Hitachi High-Tech Analytical Science, Gavin Soon mengatakan, pameran ini memberikan kesempatan mereka untuk bertemu dan berkomunikasi langsung dengan para pelanggannya.
Melalui pameran ini, Gavin melihat adanya keterlibatan dan potensi kerja sama yang kuat selama pameran berlangsung.
“Pameran ini memberikan pengalaman yang luar biasa, yang memungkinkan kami untuk bertemu dan berkomunikasi langsung dengan pelanggan yang ingin kami jangkau,” ujarnya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Director of Strategic Sourcing and Development EQI Ltd, perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat, Matthew Kline.
“Kami sangat senang dengan peluang yang terbuka dalam mencari mitra pengecoran logam dan pemasok baru di Indonesia,” ujarnya.
Dalam sesi GIFA-METEC Tech Talk pada 13 September lalu, akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Eddy Agus Basuki menyoroti pentingnya praktik-praktik berkelanjutan dan inovasi hijau metalurgi berbasis hidrogen dan produksi baja non-karbon.
Eddy menekankan, teknologi hijau sangat penting dalam menjawab tantangan global terkait sumber daya alam, lingkungan, dan krisis iklim.
“Kita berada di era keberlanjutan, dan kunci untuk industri manufaktur dan metalurgi terletak pada pengembangan metalurgi berbasis hidrogen untuk memproduksi baja hijau non-karbon, sebagai solusi ramah lingkungan yang dapat mengurangi polusi,” katanya.
Apalagi, Indonesia telah membuat langkah signifikan untuk menjadi negara industri yang tangguh pada tahun 2035 melalui kebijakan hilirisasi.
Fase krusial berikutnya adalah mencapai keunggulan kompetitif dengan tetap menjaga keberlanjutan, terutama dengan memajukan teknologi pemrosesan bahan baku demi menghasilkan logam yang tahan lama dan memiliki performa tinggi.
Untuk itu, ke depannya, GIFA-METEC Indonesia 2026 akan memperluas partisipasi internasional dan memperkenalkan lebih banyak inovasi yang berfokus pada keberlanjutan.
Tak hanya itu, GIFA-METEC Indonesia berikutnya juga akan menghadirkan lebih banyak pemain global demi memperkuat kolaborasi dengan asosiasi dan mitra industri lokal untuk menyelaraskan dengan kebutuhan industri Indonesia.
Anda bisa klik di sini untuk mendapatkan informasi terkini tentang gelaran GIFA-METEC Indonesia 2026.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio