Ini Penyebab Rupiah Kian Loyo Hadapi Dolar AS

29 Juni 2022 11:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Aditia Noviansyah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Aditia Noviansyah
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada perdagangan Rabu (29/6). Mengutip data Bloomberg, kurs rupiah terhadap dolar AS pada pukul 10:52 WIB hanya menguat 8,5 poin (0,07 persen) ke level Rp 14.839,00.
ADVERTISEMENT
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar berjuang melawan rival utamanya, karena ekspektasi inflasi yang melemah mendorong penilaian ulang terhadap prospek kenaikan suku bunga yang agresif, namun pasar yang bergejolak menahan penurunan yang lebih luas.
“Taruhan kenaikan suku bunga yang agresif telah mendorong dolar dengan indeks naik ke level tertinggi hampir dua dekade di 105,79 awal bulan ini. Investor menjadi berhati-hati.dengan beberapa indikator menunjukkan momentum ekonomi mulai mendingin dan penurunan harga komoditas yang lebih luas,” ujar Ibrahim, Rabu (29/6).
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperingatkan untuk tetap waspada terhadap risiko stagflasi global yang masih akan membayangi perekonomian Indonesia ke depan, meskipun beberapa agensi yang datang ke Indonesia mengatakan percaya diri dengan kondisi Tanah Air.
ADVERTISEMENT
“Saat ini, BI masih sangat concern terkait inflasi meskipun di 2022 ini inflasi bakal melewati batas atas BI di level 4 persen. Kendati demikian, Bank Indonesia optimistis inflasi pada 2023 akan kembali pada kisaran BI, yaitu kembali di range 3 persen plus minus 1 persen,” katanya.
Ibrahim menyebut BI akan terus mewaspadai tingkat inflasi ke depannya, terutama dari volatilitas harga pangan dan dampak terhadap ekspektasi inflasi. Dalam hal ini, BI akan menggunakan all out kebijakan yang mereka miliki termasuk penyesuaian suku bunga jika ada sinyal-sinyal kenaikan inflasi inti. Sedangkan pada saat ini inflasi inti masih dalam posisi 3,6 persen,
Ibrahim memperkirakan tekanan yang cukup tinggi terhadap nilai tukar di tahun ini dan akan mereda di 2023. Kondisi ini didukung oleh fundamental Indonesia yang relatif lebih stabil. Apalagi, cadangan devisa juga masih cukup kuat dan prospek perekonomian cukup kuat untuk ekonomi domestik.
ADVERTISEMENT
“Ke depannya, BI akan memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar Rupiah. Ini sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental dari nilai tukar itu sendiri guna mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi,” pungkasnya.
Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah ditutup melemah di rentang Rp 14.820-Rp 14.860.