Ini Profesi yang Tak Bisa Digantikan AI di Mata Dirut BRI Sunarso

28 Januari 2024 18:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirut BRI Sunarso saat World Economic Forum. Foto: Bank BRI
zoom-in-whitePerbesar
Dirut BRI Sunarso saat World Economic Forum. Foto: Bank BRI
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), Sunarso, menanggapi kekhawatiran kemajuan teknologi dapat menggantikan peran manusia, apalagi saat ini tengah berkembang perangkat kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
ADVERTISEMENT
Saat ini terdapat banyak kekhawatiran perkembangan ini akan berdampak pada berkurangnya lapangan pekerjaan di masa depan. Namun, hal itu disikapi Sunarso secara berbeda oleh dalam gelaran World Economic Forum (WEF) 2024 yang diselenggarakan di Davos, Swiss, pada 15-19 Januari 2024.
Menurut Sunarso, pesatnya perkembangan teknologi, termasuk salah satunya kehadiran AI bukanlah menjadi ancaman dalam pekerjaan, melainkan alat untuk membantu manusia bekerja lebih produktif.
Di sisi lain, dia justru meyakini kehadiran AI justru mengamplifikasi pekerjaan yang tidak dapat digantikan oleh mesin ataupun teknologi. Satu yang paling jelas adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pengembalian fungsi alam setelah bertahun-tahun dieksploitasi oleh manusia.
Sunarso mengatakan, upaya mengembalikan kelestarian dan fungsi dasar alam bisa menjadi pekerjaan baru di masa depan yang menghasilkan pemasukan (income) tersendiri bagi manusia.
Dirut BRI Sunarso saat World Economic Forum. Foto: Bank BRI
Sunarso sebagai leader di perusahaan BUMN memiliki tanggung jawab menyediakan pekerjaan tersebut agar masyarakat tetap sejahtera di tengah gempuran teknologi.  Pada akhirnya, pekerjaan tersebut akan menjadi sumber pertumbuhan baru di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Contohnya, banyak dibutuhkan ribuan bahkan jutaan tenaga kerja untuk sekadar menanam, memperbaiki daerah aliran sungai. Menanam menghijaukan hutan-hutan yang setiap tahun terbakar, menanam menghijaukan kembali bumi gunung di Jawa yang setiap kemarau terbakar. Itu create job! Itu adalah sumber pekerjaan baru, sumber pendapatan baru, dan sumber pertumbuhan baru,” ujarnya melalui keterangan resmi, Minggu (28/1).
Pekerjaan-pekerjaan tersebut, menurut Sunarso, hanya bisa dikerjakan oleh sentuhan tangan manusia dibanding mesin atau teknologi yang tidak mempunyai perasaan. Namun, dia berharap adanya regulasi terkait AI untuk mencegah terjadinya kejahatan siber di masa mendatang.
”Saya termasuk yang gelisah sedikit, yang saya gelisahkan sama yakni butuh regulasi. Itu mesin memang bisa melakukan dan mengerjakan ribuan algoritma, tapi kelemahannya tetap dia tidak punya perasaan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Ketika data yang masuk tanpa perasaan, dimanipulasi, dan itulah yang terjadi di cyber crime. Ada orang yang lebih pintar dari pencipta AI itu sendiri menggunakannya untuk cyber crime,” imbuh Sunarso.
Sejauh ini, BRI telah memiliki tiga strategi untuk melakukan mitigasi risiko atas keberadaan AI. Selain perkuat regulasi, ada juga peningkatan kemampuan teknis para pekerja untuk menyaring data yang akan dimasukkan ke engine AI. Terakhir, perseroan memastikan kepatuhan pekerja pengendali AI agar bekerja berdasarkan hati nurani.
“Jadi strategi jangka panjang, BRI tetap akan menerapkan strategi hybrid. Menggunakan otak mesin yg tugasnya mengerjakan pekerjaan yang rumit dan berulang. Tapi menyimpulkan hasil akhir dan menentukan keputusan tetap harus manusia,” jelas Sunarso.
BRI telah menerapkan teknologi AI yang berdampak pada meningkatnya produktivitas dan efisiensi di tubuh perseroan tanpa meninggalkan fungsi pekerjanya. Salah satu produk bernama BRIBRAIN yang merupakan “pusat otak digital” BRI yang mengkonsolidasikan kapabilitas AI dan analitik, untuk meningkatkan customer engagement, anti-fraud & risk analytics, credit underwriting, hingga automasi untuk smart services & operations.
Event World Economic Forum 2024 di Davos, Swiss. Foto: BRI
Di sisi lain, ada pemanfaatan AI pada super apps BRImo yang digunakan dalam memberikan rekomendasi transaksi serta penawaran produk customize sesuai profil nasabah.
ADVERTISEMENT
Pemanfaatan AI tersebut terbukti mampu mengakselerasi kinerja BRImo sehingga sampai saat ini sudah dipercaya sebanyak 31,6 juta users dengan volume transaksi mencapai Rp 4.158 triliun atau tumbuh 55,8 persen (yoy) per Desember 2023.