Ini Proyek TPPI yang Bikin Jokowi Bentak Dirut Pertamina

21 November 2021 13:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo saat meninjau kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, Sabtu (21/12). Foto: Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo saat meninjau kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, Sabtu (21/12). Foto: Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi mengaku pernah membentak Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Hal itu disebabkan pembangunan pabrik petrokimia yang tidak kunjung selesai.
ADVERTISEMENT
Pabrik petrokimia yang dimaksud adalah milik PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), anak usaha Pertamina yang berlokasi di Tuban, Jawa Timur.
Sebelumnya pada Sabtu 21 Desember 2019, Jokowi meninjau kawasan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) yang sudah dikuasai Pertamina di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Dalam peninjauan itu, Jokowi ditemani Mensesneg Pratikno, Menteri BUMN Erick Thohir, hingga rombongan kepresidenan lainnya.
Saat berada di lokasi, kedatangan Jokowi disambut para petinggi Pertamina seperti Komisaris Utama Basuki Tjahja Purnama alias Ahok dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Pertamina Kuasai 80 Persen Saham Tuban Petro
Presiden Joko Widodo didampingi Komut Pertamina Basuki Tjahaja Purnama saat meninjau kilang PT TPPI, di Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, Sabtu (21/12). Foto: Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden
PT Pertamina (Persero) menguasai mayoritas saham PT Tuban Petrochemical Industries (Tuban Petro) sebesar 80 persen pada hari Jumat 20 Desember 2019.
ADVERTISEMENT
"Pertamina kuasai 80 persen. Maka kontrol perusahan bisa dikendalikan. Dan diharapkan ini bisa berproduksi, salah satunya paraselin bisa kurangi impor bahan kimia," kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Jumat (20/12).
Airlangga mengatakan kedua belah pihak telah sepakat untuk pengambilalihan saham. Ia menilai kesepakatan ini merupakan keuntungan bersama secara cepat.
Tuban Petro punya anak perusahaan yaitu PT Trans Pasific Petrochemical Indotama (TPPI). Dengan permasalahan utang yang membelit Tuban Petro, menyebabkan kilang milik TPPI tidak produktif.
Dengan demikian, pemerintah ingin mengembalikan produktivitas kilang milik TPPI untuk meningkatkan industri petrokimia tanah air.
Negara Bisa Hemat Rp 56 Triliun
Jokowi mengatakan dengan dihidupkan lagi Kilang Tuban, nantinya Pertamina bakal memproduksi BBM hingga berbagai produk dasar petrokimia seperti olefin. Negara pun bakal menghemat devisa triliunan rupiah.
ADVERTISEMENT
"Ini kalau bisa nanti produksinya sudah maksimal bisa menghemat devisa USD 4,9 miliar. Gede sekali, kurang lebih Rp 56 triliun. Ini merupakan substitusi," kata dia, Sabtu (21/12).
Penghematan terjadi karena produksi di sana nantinya bisa menekan impor BBM yang selama ini membebani negara. Kata dia, kalau kilang ini bisa berproduksi maksimal, bisa mempersempit current account deficit (CAD).
Pembangunan proyek ini sebenarnya sudah dimulai sejak 1997, tapi berhenti. Karena itu, Jokowi meminta pada Pertamina agar penyelesaian proyek ini selesai dalam 3 tahun ke depan.
Kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) yang terletak di Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur. Foto: Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden
Proyek Ditargetkan Selesai 3 Tahun
Presiden Jokowi mengatakan TPPI Tuban merupakan salah satu kilang minyak yang terbesar di Indonesia. TPPI mampu menghasilkan produk aromatic seperti paraxylene, orthoxylene, benzene, toluene. Selain itu juga penghasil BBM Premium, Pertamax, Elpiji, Solar.
ADVERTISEMENT
"Ini bisa untuk semuanya. Oleh sebab itu saya menyampaikan kepada Menteri BUMN, Dirut Pertamina, Komut Pertamina, tidak lebih dari tiga tahun harus rampung semuanya. Ada pilihan-pilihan yang bisa diputuskan segera," tegasnya sambil meminta Januari 2020 sudah ada kejelasan mengenai pengembangan.
Menurut dia, jika hasil produksinya maksimal bisa menghemat devisa hingga USD 4,9 miliar atau sekitar Rp 56 Triliun. Produk petrokimia seperti ini merupakan subtitusi produk impor.
"Ini merupakan substitusi. Karena setiap tahun kita impor, impor, impor padahal kita bisa membuat sendiri. Tapi tidak kita lakukan,” ujar Presiden Jokowi.