Ini Strategi yang Diperlukan UMKM Agar Bisa Tembus Pasar Global

21 Desember 2023 18:29 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR. Dok: BRI
zoom-in-whitePerbesar
UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR. Dok: BRI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), terutama pada segmen mikro dan ultra mikro, masih mendapati berbagai rintangan untuk bisa menembus pasar global.
ADVERTISEMENT
Padahal, potensi UMKM di Indonesia cukup besar dengan beragam produk yang dimiliki. Saat ini saja, tercatat ada sekitar 65 juta UMKM. Dari total tersebut, 95,5 persen merupakan segmen mikro dan ultra mikro.
Presiden Direktur LPP-KUKM (SMESCO Indonesia), Leonard Theosabrata, mengatakan segmen mikro dan ultra mikro masih memiliki kebutuhan yang mendasar untuk dapat berkembang dan menaikkan kelas usahanya, yakni daya tahan.
Kebutuhan untuk berdaya tahan tersebut mencakup supply yang baik, kestabilan harga, permintaan pasar yang stabil, juga pembiayaan yang murah dan mudah/terjangkau.
Dengan kebutuhan yang berbeda, penanganan untuk segmen usaha mikro dan ultramikro pun berbeda dibandingkan dengan kelas usaha di atasnya, yakni usaha kecil dan menengah.
“Itu harus bareng-bareng. Itu, semua instansi harus melakukan dan memang sudah karena kan tanggungjawab untuk UMKM naik kelas ini kan tersebar di 22 kementerian dan instansi/lembaga. Begitu juga antara sektor swasta dan pemerintah. Memang sudah dilakukan, tapi perlu skala yang lebih besar," kata dia dalam diskusi bertema “Ngobrol Pintar Brilianpreneur Eps.2” di sela-sela rangkaian kegiatan UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2023 di Jakarta, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Menudur dia, para pelaku usaha di level kecil dan menengah relatif lebih berdaya tahan, sehingga kebutuhannya pun berbeda. Oleh karena itu, penanganannya pun berbeda.
Jika penanganan segmen usaha mikro dan ultramikro lebih ke low touch untuk memenuhi kebutuhan mendasar mereka, yakni daya tahan. Sedangkan penanganan segmen kecil dan menengah lebih high touch dengan kebutuhan yang lebih berkembang, seperti inkubasi.
Leo pun menunjukkan para pelaku UMKM yang berhasil masuk dan mengikuti gelaran BRILIANPRENEUR merupakan UMKM yang sudah terkurasi dan sudah mempunyai prestasi sehingga relatif lebih siap berkompetisi di pasar global. Namun, masih banyak UMKM lain yang masih berjuang untuk naik kelas, bahkan masih banyak pelaku usaha yang bekerja untuk besok.
“Segmen mikro dan ultra mikro mindset-nya yang penting ada off taker, ada yang beli. Apakah branding dan marketing sesuatu yang fundamental? Jawabannya antara yes and no. Kita harus meng-enabler mereka dengan tools yang benar, dan salah satu komponen yang paling penting dan sudah sering kita bahas di mana-mana adalah pembiayaan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Menurut Leo, pembiayaan yang murah saja tidak cukup bagi para pelaku UMKM, khususnya di segmen mikro dan ultra mikro. Namun, mereka juga memerlukan pembiayaan yang mudah, artinya mudah diakses. Hal ini seiring dengan pola usaha segmen mikro dan ultramikro yakni bekerja untuk besok.
“Kalau uang murahnya saja, tapi enggak mudah, ya enggak bisa. Yang mahal saja, tapi mudah dipakai kok. Karena kan temen-temen yang mikro mungkin butuh [pinjaman]-nya cuman untuk sehari. Makanya banyak juga yang akhirnya pakai pinjol [pinjaman online],” ujarnya.
Sementara di sisi lain, BRI sebagai bank pemberdaya UMKM terus menegaskan komitmennya membawa sektor UMKM dan ultra mikro nasional naik kelas dan mampu terus berkembang secara berkelanjutan. Oleh karena itu, pembiayaan yang mudah dan cepat bagi pelaku UMKM merupakan salah satu concern utama BRI.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama BRI, Sunarso, menegaskan bahwa komitmen BRI untuk segmen UMKM dan ultra mikro juga ditegaskan lewat kehadiran Holding Ultra Mikro yang digerakkan BRI bersama-sama dengan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).
Holding Ultra Mikro tidak hanya menyediakan layanan pendanaan, melainkan juga membangun ekosistem yang kondusif untuk segmen usaha ultramikro berkembang sehingga dapat naik kelas menjadi usaha mikro, kemudian usaha kecil, dan usaha menengah.
Produk UMKM. Dok: BRI
Oleh karena itu, pembinaan, pendampingan bisnis, peningkatan keterampilan, literasi digital, pemberdayaan, hingga perluasan akses pasar merupakan bagian dari program yang dijalankan oleh holding.
“Melayani dan memberdayakan UMKM bukan hanya soal bisnis, tapi yang lebih penting lagi adalah menghadirkan kesejahteraan sosial,” lanjut Sunarso.
Terkait BRILIANPRENEUR, program ini menjadi salah satu langkah konkret BRI sebagai lembaga keuangan yang turut bertanggung jawab memajukan UMKM Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada tahun ini untuk kelima kalinya BRI kembali menyelenggarakan pameran UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR yang mengusung tema “Crafting Global Connection” atau merakit koneksi global.
Ajang UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR diselenggarakan sebagai sarana business matching antara UMKM Indonesia dengan konsumen luar negeri, sehingga diharapkan mampu menumbuhkembangkan pelaku UMKM dan meningkatkan ekspor nasional. Pada tahun ini BRI mengajak 700 UMKM terkurasi untuk tampil di pameran tersebut.
Acara yang dibuka Presiden Jokowi pada Kamis (07/12) lalu tersebut, resmi ditutup pada Minggu (10/12) oleh Direktur Utama BRI Sunarso. Acara tersebut tahun ini berhasil mencatatkan dealing commitment melalui business matching senilai USD 81,3 juta atau setara Rp 1,26 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.500 per USD).
Nilai tersebut tercapai setalah dilakukan sebanyak 243 business matching. Adapun target awal yang disasar sebesar USD 80 Juta. Business matching tersebut dilakukan oleh 86 buyers yang berasal dari 30 negara. Adapun target awalnya 80 buyers dari 25 negara. Negara-negara asal buyers tersebut di antaranya Australia, Canada, Taiwan, Singapura, Malaysia, dan Uni Emirat Arab.
ADVERTISEMENT
Nilai dealing commitment melalui business matching tersebut mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada 2019 nilai business matching mencapai sebesar USD 33,5 juta, naik pada 2020 menjadi USD 57,5 juta dan pada 2021 kembali meningkat menjadi USD 72,1 juta. Sedangkan pada 2022 nilainya menembus USD 76,7 juta.