Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah Agar Ekonomi Capai Target di 2021

6 November 2021 20:23 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga beraktivitas di rumahnya berlatar belakang hunian bertingkat di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Sabtu (9/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Warga beraktivitas di rumahnya berlatar belakang hunian bertingkat di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Sabtu (9/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan ekonomi Kuartal III 2021 melambat ke 3,51 persen (yoy) di kuartal III 2021. Angka ini di bawah target pemerintah yang sebesar 4,5 persen di periode Juli-September 2021.
ADVERTISEMENT
Adapun secara keseluruhan hingga akhir tahun ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 4,0 persen.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menjelaskan, pemerintah sudah menuju ke arah pemulihan ekonomi yang benar. Walaupun begitu, ada beberapa catatan yang harus dilakukan pemerintah agar angka pertumbuhan ekonomi ini bisa dipertahankan.
"Saat ini perekonomian dalam arah yang benar, menuju pemulihan. Pemerintah hendaknya memanfaatkan momentum ini untuk mendorong perekonomian sebesar-besarnya. Untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan kemiskinan," ujar Piter kepada kumparan, Sabtu (6/11).
Menurut Piter, target pertumbuhan ekonomi 2021 secara keseluruhan bisa tercapai di angka 5 persen. Dia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2021 bisa di atas 7 persen jika tidak ada lonjakan kasus COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi di Kuartal IV 2021 bisa mengulang Kuartal II di atas 7 persen. Dengan asumsi tidak terjadi lonjakan kasus COVID-19. Kalau itu terjadi, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tahun 2021 akan berada di kisaran 5 persen," ucapnya.
Untuk bisa mencapai target tersebut, Piter menyatakan pemerintah hendaknya memaksimalkan semua upaya yang bisa efektif mendorong pertumbuhan ekonomi. Seperti melanjutkan kebijakan pelonggaran pajak dan mempercepat reformasi struktural.
"Semua anomali yang menghambat pertumbuhan ekonomi harus dihilangkan," tegasnya.
Anomali-anomali tersebut contohnya bunga kredit yang masih tinggi dan lama respons ketika kebijakan moneter sudah sangat longgar, serta suku bunga acuan BI yang juga sangat rendah.
"Tingginya suku bunga menyebabkan investasi dan konsumsi terhambat, pertumbuhan ekonomi tidak optimal. Banyak kebijakan yang tidak cukup mendorong pemanfaatan sumber daya secara optimal. Termasuk misalnya output pertanian yang tidak memadai karena insentif bagi petani (term of trade) yang sangat rendah," jelas Piter.
ADVERTISEMENT