Insiden Pesawat Boeing Berulang, Apa Kata Garuda Indonesia?

22 Mei 2024 21:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Garuda Boeing 737-800NG. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Garuda Boeing 737-800NG. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Armada milik Boeing akhir-akhir ini mengalami serangkaian tragedi, salah satunya pesawat Boeing 747-400 milik Garuda Indonesia untuk penerbangan haji mengalami kerusakan mesin saat lepas landas di Bandara Sultan Hasanudin Makassar.
ADVERTISEMENT
Kejadian tersebut menimpa penerbangan jemaah kelompok terbang (kloter) 5 Embarkasi Makassar (UPG-05), Rabu (15/5). Kerusakan mesin ditandai dengan sayap kanan pesawat mengeluarkan api pada saat lepas landas.
Boeing juga menemui masalah lain sepanjang tahun 2024 ini. Manufaktur pesawat asal Amerika Serikat (AS) itu sempat diinvestigasi karena ledakan panel di pesawat 737 MAX yang sedang dioperasikan maskapai Alaska Airlines.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, menyebut manajemen terus berkomunikasi dengan pihak manufaktur. Dia menilai sebuah insiden harus dilihat secara spesifik terkait lokasi kejadian, tipe pesawat, dan tahun pembuatannya.
"Positive mindset saja, yang kita punya sekarang ini adalah Boeing dan Airbus. Tentu kita akan lihat, kita juga komunikasi dengan komunitas dan pabrikan. Tidak ada issue dengan yang sekarang kita pakai," ujarnya usai konferensi pers RUPST 2023 Garuda Indonesia, Rabu (22/5).
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Irfan membuka potensi untuk meninjau ulang seluruh armada yang dimiliki Garuda Indonesia. Namun, untuk saat ini, dia memastikan tidak akan memberikan stigma apapun kepada manufaktur tertentu.
ADVERTISEMENT
"Pertanyaannya memang kemudian kita ada upaya ke depan untuk ganti, tentu kita consider-kan. Tapi saya enggak mau bicara dulu saat ini karena menurut saya, tidak fair juga kita berikan stigma terhadap salah satu manufacturer," tegas dia.
Terkait tragedi kerusakan mesin di Makassar, Irfan menjelaskan pesawat tersebut adalah wet lease dari pihak ketiga selama 3 bulan musim haji. Pesawat tersebut sepenuhnya masih tanggung jawab pemilik termasuk perawatannya.
Irfan mengatakan, usia pesawat yang sudah lebih dari 20 tahun itu bukan penyebab dari kerusakan mesin, sebab pihaknya dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sudah mengecek terlebih dahulu kondisi dan speknya.
"Usia bukan masalah, yang paling penting dirawat dengan baik dan pada waktu pemeriksaan yang kita lakukan juga melihat record maintenance-nya. Jadi semuanya oke," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Setiap saat mau terbang itu kita melakukan pengecekan itu standar, waktu take off muncul percikan api itu, jadi pertanyaannya sekarang adalah kenapa muncul? Sekarang sedang diinvestigasi oleh banyak pihak," imbuh Irfan.
Tragedi tersebut, kata dia, sedang diinvestigasi oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), National Transportation Safety Board (NTSB), dan produsen mesin pesawat Pratt & Whitney.
"Ini masih dalam investigasi apakah penyebabnya disebabkan oleh dari dalam engine atau dari luar, karena banyak kejadian di Indonesia engine itu bermasalah itu karena subjek dari luar seperti burung dan layangan pada waktu take off," jelas Irfan.
Irfan menuturkan, pesawat tersebut diusahakan bisa terbang kembali setelah proses perbaikan rampung dan mendapatkan izin dari Kemenhub. Sampai saat itu tiba, perseroan menerjunkan 2 pesawat wide-body (berbadan besar) untuk penerbangan haji.
ADVERTISEMENT
"Buat kita yang paling penting sekarang adalah memastikan bahwa pesawat itu bisa terbang lagi dan tentu saja lewat beberapa pemeriksaan baik internal maupun DKPPU, karena kita punya kepentingan membawa jamaah," pungkasnya.