Investasi Asing Masuk Rp 3.600 Triliun di ASEAN, Bisa Untungkan Sektor Minerba

18 November 2024 15:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tambang nikel. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tambang nikel. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
ADVERTISEMENT
Kementerian ESDM optimistis besarnya investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI) yang masuk ke ASEAN, bisa mendorong perkembangan sektor mineral dan batu bara (minerba), terutama di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri ESDM, Yuliot, mengatakan negara-negara Anggota ASEAN merupakan produsen dan pengolah utama logam dan mineral, khususnya mineral penting seperti nikel, bauksit, timah, logam, yang dibutuhkan untuk mendukung energi bersih dan transisi digital.
"Kawasan ini menjadi tuan rumah bagi pusat-pusat manufaktur penting termasuk untuk kobalt, mangan, grafit, silikon, tembaga, bauksit, dan alumina dengan potensi tinggi untuk lebih terintegrasi ke dalam rantai pasokan global yang canggih," jelasnya saat sambutan di 24th ASEAN Senior Officials Meeting on Minerals (ASOMM) di The Meru Sanur, Bali, Senin (18/11).
Berdasarkan Laporan Investasi ASEAN 2024 yang diterbitkan oleh UNCTAD, arus masuk investasi asing ke ASEAN mencapai rekor USD 230 miliar atau sekitar Rp 3.648 triliun pada tahun 2023.
ADVERTISEMENT
"Peningkatannya tidak terlalu besar, kurang dari 1 persen, tetapi hal ini dimungkinkan meskipun terjadi penurunan FDI global sebesar 10 persen," kata Yuliot.
Investasi asing di ASEAN, lanjut dia, juga berhasil meningkat 3 tahun berturut-turut. Hal ini menurutnya bisa memperkuat posisi ASEAN sebagai penerima investasi asing terbesar di antara kawasan berkembang, dengan menyumbang 17 persen dari arus masuk global, naik dari 16,5 persen pada tahun 2022.
Lebih lanjut, investasi dalam rantai pasokan energi terbarukan juga sedang menjadi primadona. Ini termasuk investasi di hulu (penambangan dan pemrosesan mineral penting), tengah (manufaktur komponen) dan hilir (pembangkit energi terbarukan).
Yuliot mencatat, selama tahun 2020–2023, industri terkait energi terbarukan menarik rata-rata lebih dari USD 27 miliar per tahun dalam proyek investasi greenfield yang diumumkan, sekitar 25 persen dari total.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, dia menilai untuk mempromosikan ASEAN sebagai tujuan investasi minerba, pemerintah harus menyiapkan data yang lebih rinci yang dibutuhkan investor untuk membuat keputusan dalam menjalankan investasinya.
Wamen ESDM Yuliot saat menghadiri 24th ASEAN Senior Officials Meeting on Minerals (ASOMM) di The Meru Sanur, Bali, Senin (18/11/2024). Foto: Fariza/kumparan
Misalnya, dengan peningkatan kualitas serta ketersediaan data geosains sebelum tahap eksplorasi dan pengembangan mineral, dan kumpulan data untuk menarik perhatian investor secara efektif.
"Pertumbuhan FDI secara keseluruhan dari luar kawasan dan pangsa ASEAN dalam FDI global menunjukkan integrasi kawasan yang cepat dalam ekonomi global," kata Yuliot.
Sementara itu, Deputy Secretary General of ASEAN for ASEAN Economic Community, Satvinder Singh, mengatakan seluruh komunitas pertambangan dapat memposisikan ASEAN sebagai tujuan investasi yang menarik bagi mineral berkelanjutan.
"Dalam hal investasi saat ini, saya ingin memberi tahu Anda semua bahwa ASEAN selama tiga tahun terakhir adalah penerima terbesar sebagai blok investasi di negara-negara berkembang di belahan bumi selatan," ungkap Singh.
ADVERTISEMENT
Singh menuturkan, di belahan bumi selatan, ASEAN merupakan penerima investasi asing terbesar, dengan rata-rata USD 230 miliar yang dapat ditarik oleh ASEAN.
"Jadi saya tidak melihat bagaimana dan mengapa komunitas pertambangan tidak dapat bersatu dalam beberapa tahun ke depan untuk dapat membuat kawasan kita menarik, membuat kawasan kita relevan, dan kita akan dapat memperoleh jenis investasi yang kita butuhkan untuk bergerak ke semua area transformatif yang kita butuhkan untuk meremajakan industri kita," jelasnya.
Adapun saat ini pihaknya tengah menyusun Visi Pengembangan Mineral ASEAN (AMDV). Singh menyebutkan, hal ini menjadi langkah penting untuk melindungi ketahanan minerba kawasan secara jangka panjang.
Selain itu, ASEAN juga tengah menyusun visi jangka panjang ASEAN Minerals Development beyond 2025 yang berfungsi sebagai landasan bagi upaya-upaya di masa mendatang di sektor pertambangan dengan memprioritaskan keberlanjutan.
ADVERTISEMENT
"Kita akan memastikan bahwa sumber daya mineral kita dikelola secara bertanggung jawab dan kita juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi pada saat yang sama, mampu melindungi lingkungan dan yang lebih penting, masyarakat kita untuk generasi-generasi mendatang," kata Singh.