Investasi Disarankan Tak Hanya Genjot Sektor Tambang

1 Februari 2025 15:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Tambang Nikel Indonesia Foto: Masmikha/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tambang Nikel Indonesia Foto: Masmikha/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Realisasi investasi di Indonesia sepanjang 2024 menembus target dan mencapai Rp 1.714 triliun. Meski demikian serapan tenaga kerja dari investasi tersebut masih rendah, untuk itu investasi juga disarankan agar menyasar sektor turunan seperti makanan dan minuman sampai tekstil.
ADVERTISEMENT
Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyarankan agar investasi tidak hanya berfokus pada hilirisasi dan industrialisasi produk pertambangan melainkan ke subsektor turunannya.
“Sub-sektor manufaktur makan dan minum dan tekstil sejauh ini juga punya potensi dalam menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang tidak kalah sedikit apabila mereka menambah investasi,” jelas Yusuf kepada kumparan, Sabtu (1/2).
Yusuf melihat selama ini kebijakan investasi hanya dipersiapkan untuk industri logam dasar yang merupakan produk turunan dari hilirisasi pertambangan Untuk tahun 2024, hilirisasi hasil produk pertambangan juga disebut Yusuf masih menjadi penopang investasi.
Yusuf menilai kontribusi sektor turunan manufaktur seperti makanan, minuman dan tekstil berkontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ke depan investasi di sektor turunan manufaktur disebut bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan daya beli masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kondisi pabrik tekstil di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung. Foto: Kementerian Koperasi dan UKM
Sementara itu, pengamat hukum bisnis Rio Christiawan menilai mahalnya upah tenaga kerja di Indonesia membuat investor lebih memilih berinvestasi menggunakan kecerdasan buatan untuk mendukung investasinya.
“Disamping aturan omnibus law [UU-Ciptakerja] cipta kerja beserta aturan turunannya terbukti tidak efektif sebagai game changer investasi yang dijanjikan pemerintah, demikian juga klaster ketenagakerjaan pada omnibus cipta kerja juga banyak yang sudah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi,” jelasnya.
Untuk saat ini menurutnya investasi yang diperlukan Indonesia adalah investasi di sektor padat karya.
“Mengingat tipikal investasi padat karya lebih dominan penggunaan tenaga kerja dibanding kecerdasan buatan. investasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia juga akan mengurangi beban investor akan tingginya UMP,” lanjut Rio.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengungkap total penyerapan tenaga kerja tercatat sebanyak 2.456.130 orang atau hanya tumbuh 34,7 persen yoy. Khusus kuartal IV-2024, tenaga kerja yang berhasil diserap 580 ribu orang atau tumbuh 26,9 persen yoy.
ADVERTISEMENT