Investasi RI Tembus Rp 1.714 T, tapi Tenaga Kerja yang Terserap Rendah

31 Januari 2025 15:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (31/1). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (31/1). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani buka suara terkait rendahnya penyerapan tenaga kerja sepanjang 2024. Padahal, realisasi investasi sepanjang tahun kemarin mencapai Rp 1.714 triliun atau melewati target Presiden Jokowi Rp 1.650 triliun dan tumbuh 20,8 persen secara tahunan (year on year/yoy).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan paparannya, Rosan mengatakan total penyerapan tenaga kerja tercatat sebanyak 2.456.130 orang atau hanya tumbuh 34,7 persen yoy. Khusus kuartal IV-2024, tenaga kerja yang berhasil diserap 580 ribu orang atau tumbuh 26,9 persen yoy.
Rosan mengatakan, rendahnya penyerapan tenaga kerja karena proyeksi hilirisasi belum dilanjutkan ke industrialisasi.
“Hilirisasi yang kita lakukan ini hilirisasi 1.0 belum mencapai industrialisasi. Contohya kalau di nikel sudah cukup baik, tapi misalnya di produk-produk lain, even di nikel belum tuntas kita lakukan. Misalnya di nikel bisa jadi stainless steel bisa jadi ev battery terus sampai turunannya," kata Rosan dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (31/1).
Pekerja menyelesaikan pembangunan jembatan penyeberangan orang (JPO) di Jalan K.H Mas Mansyur, Jakarta, Rabu (18/9/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Rosan yakin, penyerapan tenaga kerja di Indonesia akan meningkat, jika hilirisasi berjalan hingga proses industrialisasi. Bahkan, dia mengatakan program hilirisasi mampu menciptakan lebih dari 20 persen lapangan tenaga kerja baru.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, proses hilirisasi ke industrialisasi juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Apalagi, kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI) juga menjadi tantangan tersendiri dari masalah ini.
“Kita meyakini tantangan dari segala macam automasi AI tentu penciptaan lapangan kerja ini lebih banyak dari robotik dan lain-lain," tegasnya.