Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) baru saja menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi 5 persen. Setidaknya telah terjadi empat kali penurunan suku bunga BI berturut-turut sejak Juli 2019.
ADVERTISEMENT
Di momen suku bunga acuan mengalami tren penurunan seperti sekarang, lantas apa saja investasi yang cocok?
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management, Reza Fahmi Riawan, mengatakan saat ini adalah waktu yang tepat untuk menggencarkan investasi. Sebab deposito perbankan dinilai sedang tak menarik.
“Sebetulnya saat ini sudah sangat banyak jenis investasi yang ada di indonesia, dan dengan bantuan fintech juga sudah sangat terjangkau dan mudah untuk diikuti maupun dipelajari,” ujar Reza kepada kumparan, Minggu (27/10).
Reza menjelaskan, terdapat beberapa produk investasi yang bisa dijajal saat seperti ini. Mulai dari jangka pendek hingga panjang.
“Untuk investasi keuangan ada 2 yang bagus untuk jangka panjang, dan 1 untuk jangka pendek menengah. Jangka panjang obligasi dan reksadana, sedangkan jangka pendek menengah adalah saham,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Untuk investasi jangka panjang berupa obligasi dan reksadana ini menurutnya menarik sebab menjadi pilihan yang bagus karena relatif aman dan imbal hasil atau yield-nya jauh di atas suku bunga acuan, setidaknya 7 persen.
Sementara saham, kata dia, juga bisa jadi pilihan investasi yang menguntungkan. Apalagi bila dilakukan sejak muda, maka semakin besar peluang ke depan akan menjanjikan.
“Selain return yang diharapkan tinggi, dengan serius di saham akan membuat kita menjadi update terhadap market, baik teknikal maupun fundamental,” kata dia.
Kendati demikian, Ia mengingatkan para investor saham juga tetap perlu hati-hati. Sebab, risiko yang didapat juga tinggi.
Untuk pemula, kata dia, terutama karyawan bisa dimulai dengan menabung sebesar 10-20 persen dari penghasilan bulanannya dengan membeli produk reksadana saham. Atau jika mau diversifikasi bisa menjadi dua yaitu reksadana pasar uang dan reksadana saham.
ADVERTISEMENT
“Namun jika ternyata masih ada ada dana sisa yang bisa dipergunakan untuk investasi, boleh dicoba dengan trading saham. Bisa dimulai dengan saham saham blue chips yang berkinerja baik,” ujarnya.