Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.3
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Investor Global Ramai-ramai Beralih ke Emas, BI Pantau Pergeseran Arah Investasi
19 Maret 2025 16:46 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan arah investasi global mengalami perubahan signifikan. Jika sebelumnya investor lebih banyak mengalokasikan dananya ke pasar saham dan obligasi, kini terjadi pergeseran besar ke emas.
ADVERTISEMENT
Perry mencermati tren ini sebagai respons terhadap ketidakpastian global yang masih tinggi. Secara detail, dia menyebut, sebelumnya hampir semua portofolio investasi, baik saham, obligasi, maupun sekuritas lainnya mengalir deras ke Amerika Serikat (AS). Namun, kondisi global yang tidak menentu mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman.
"Dulu hampir semua portofolio investasi apakah saham, obligasi, maupun berbagai sekuritas itu semuanya ke Amerika Serikat," kata Perry dalam konferensi pers di Kantor Pusat BI, Rabu (19/3).
Seiring perkembangan terbaru, mulai terlihat adanya pergeseran investasi. Perry menjelaskan, sebagian dana mulai mengalir ke pasar negara berkembang (emerging markets), meskipun masih terbatas. Namun, yang paling menonjol adalah lonjakan investasi ke emas.
"Dengan perkembangan terakhir ini sudah mulai ada pergeseran. Untuk SBN, untuk obligasi yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta sudah mulai ada pergeseran. Ini mulai balik ke emerging market sebagiannya, belum kuat ya. Tapi yang besar adalah pergeseran ke emas, investasi ke emas," kata Perry.
ADVERTISEMENT
Lonjakan investasi ke emas bukan tanpa alasan. Ketidakpastian ekonomi global, termasuk kebijakan moneter di AS dan dinamika geopolitik, membuat emas semakin menarik sebagai aset lindung nilai (safe haven).
"Jadi saya ulangi lagi, terjadi pergeseran investasi portofolio global yang semuanya sebelumnya itu berbondong-bondong semuanya ke Amerika. Sekarang mulai juga ada pergeseran untuk obligasi ya, fixed income securities. Mulai ada pergeseran ke emerging market sebagian sudah dan juga ke emas," jelas Perry.
Saham juga ikut terdampak oleh pergeseran ini. Perry mencatat, tekanan terhadap harga saham tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di AS dan pasar regional Asia lainnya.
"Untuk saham, memang di Amerika juga terjadi penurunan harga saham dan di regional juga ada penurunan harga saham. Jadi memang harga saham itu terjadi di Amerika dan di regional Asia," ujarnya.
ADVERTISEMENT
BI Yakinkan Investor Tetap Percaya pada Aset Keuangan Indonesia
Di tengah fenomena ini, Bank Indonesia tetap optimistis bahwa aset keuangan Indonesia, seperti Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), masih memiliki daya tarik kuat bagi investor global.
"Oleh karena itu, kami masih mempercayai instrumen-instrumen aset keuangan Indonesia. Apakah SBN, apakah saham, apakah juga SRBI. Secara fundamental itu memang tetap menarik," kata Perry.