Investor Khawatir Harga Minyak Naik, Wall Street Ditutup Melemah

2 Juni 2022 6:29 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
ADVERTISEMENT
Kinerja indeks utama Wall Street kompak merosot pada penutupan perdagangan Rabu (1/5). Hal ini didorong oleh laju saham di sektor keuangan, kesehatan, teknologi, dan konsumen.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Kamis (2/5), Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 0,54 persen menjadi 32.813,23, S&P 500 (.SPX) turun 0,75 persen menjadi 4.101,23 dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 0,72 persen menjadi 11.994,46.
Pada penutupan ini, ekuitas global jatuh dan dolar AS menguat pada hari Rabu, setelah data ekonomi menjadi lebih kuat dari prediksi. Selain itu, kekhawatiran investor tidak dapat dibendung lagi terkait inflasi yang tinggi dan resesi yang sebagian disebabkan oleh kenaikan harga minyak.
Data ekonomi AS menunjukkan bahwa dolar AS mengalami kenaikan terhadap euro dan tetap di bawah tekanan menyusul rekor inflasi zona euro tertinggi yang meningkatkan kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan kawasan. Indeks dolar naik 0,786 persen dengan euro turun 0,79 persen menjadi USD 1,0648.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Institute for Supply Management (ISM), tercatat aktivitas manufaktur AS meningkat pada Mei karena permintaan barang tetap kuat bahkan dengan adanya kenaikan harga. Laporan tersebut menunjukkan belanja konsumen AS sebagai kontributor terbesar untuk output ekonomi mengalami peningkatan pada April bahkan di tengah meningkatnya kekhawatiran akan resesi.
Sementara itu, sentimen pasar tetap bearish karena ketidakpastian yang berlaku dari laju kenaikan suku bunga The Fed dan dampak perang Rusia-Ukraina pada harga pangan dan komoditas.
Menanggapi hal tersebut, Chief Investment Officer Running Point Capital, Michael Ashley Schulman mengatakan ada beragam ketidakpastian yang membuat pasar menjadi khawatir dan ada banyak hal yang perlu dikhawatirkan.
"Jika kita mengalami resesi, itu akan aneh dan tidak biasa dengan lapangan kerja yang hampir penuh. Perusahaan masih mempekerjakan dan permintaan yang besar untuk banyak hal," kata Schulman di Los Angeles.
Ilustrasi kilang minyak di tengah laut. Foto: Shutterstock
Adapun, indeks ekuitas dunia MSCI (.MIWD00000PUS), yang melacak saham di 50 negara mengalami penurunan sekitar 0,81 persen. Lalu, indeks STOXX 600 pan-Eropa turun 1,04 persen.
ADVERTISEMENT
Imbal hasil Treasury AS naik dalam perdagangan berombak. Patokan imbal hasil 10-tahun AS mencapai tertinggi dua minggu di 2,9149 persen, sedangkan imbal hasil dua tahun juga naik ke puncak dua minggu di 2,6517 persen.
"Kenaikan suku bunga dan inflasi hanya menekan valuasi. Anda mungkin menyukai sebuah perusahaan dan mungkin bagus dan dapat terus menghasilkan keuntungan, tetapi valuasi tetap harus turun karena tingkat bunga dasar Anda naik," ungkap Schulman.
Di sisi lain, harga minyak mentah terus menguat menyusul langkah para pemimpin Uni Eropa untuk secara bertahap menghapus keberadaan minyak dari Rusia. Tidak hanya itu saja, saat China mengakhiri lockdown di Shanghai, hal ini juga dapat meningkatkan permintaan minyak mentah di pasar yang sudah ketat.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, minyak mentah Brent naik 0,18 persen menjadi USD 115,81 per barel, selanjutnya minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 0,04 persen menjadi USD 114,72.