Investor Masih Berharap Suku Bunga Turun, Wall Street Menguat

20 Mei 2024 6:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indeks saham Amerika Serikat atau Wall Street menguat dan imbal hasil Treasury AS juga naik pada perdagangan Jumat (17/5). Pendorongnya adalah investor yang berharap adanya penurunan suku bunga oleh Federal Reserve tahun ini.
ADVERTISEMENT
Dow Jones Industrial Average akhirnya ditutup di atas 40.000 untuk pertama kalinya, dan ketiga indeks saham utama AS membukukan kenaikan kuat pada minggu ini. Meskipun untuk perdagangan Jumat (17/5), Nasdaq tercatat melemah.
Mengutip Reuters, rata-rata Industri Dow Jones (.DJI) naik 134,21 poin, atau 0,34 persen menjadi 40.003,59, S&P 500 (.SPX) naik 6,17 poin, atau 0,12 persen menjadi 5.303,27 dan Nasdaq Composite (.IXIC) melemah 12,35 poin, atau 0,07 persen menjadi 16.685,97.
Secara mingguan, Dow naik 1,2 persen, S&P 500 naik 1,5 persen dan Nasdaq naik 2,1 persen.
Lalu, tembaga melonjak ke level tertinggi dalam 26 bulan setelah Tiongkok mengumumkan lesunya sektor properti. Sementara harga nikel menyentuh level tertinggi sejak Agustus 2023 di tengah kerusuhan di produsen nikel Kaledonia Baru. Selain tembaga dan nikel, harga emas juga menguat.
ADVERTISEMENT
Data awal pekan lalu menunjukkan melemahnya harga konsumen pada April yang meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral AS akan mampu menurunkan suku bunga dua kali tahun ini, dimulai pada bulan September. Namun, banyak hal bergantung pada tekanan harga dalam beberapa bulan mendatang dan pejabat Fed telah mengisyaratkan suku bunga AS mungkin tidak akan turun dalam waktu dekat.
Ilustrasi Wall Street. Foto: Shutterstock
Hal ini terlihat dari pandangan Gubernur Fed Michelle Bowman yang mengulangi pandangannya bahwa inflasi akan turun lebih lanjut jika tingkat kebijakan tetap stabil, pada Jumat (17/5). Tapi dia tidak melihat adanya perbaikan inflasi tahun ini dan tetap melihat adanya kemungkinan kenaikan suku bunga.
Risalah pertemuan kebijakan terbaru The Fed akan dirilis pekan ini dan diproyeksikan akan memberikan rincian lebih lanjut, apakah akan ada kemungkinan The Fed mulai menurunkan suku bunga atau tidak. Namun, pertemuan pada tanggal 30 April – 1 Mei berlangsung sebelum data CPI dirilis pada hari Rabu (22/5).
ADVERTISEMENT
"Masyarakat sekarang melihat katalis berikutnya. Kemungkinan besar adalah apakah The Fed benar-benar melakukan pemotongan atau tidak," kata Senior Portfolio Manager di Dakota Wealth, Robert Pavlik, dikutip dari Reuters, Senin (20/5).
Saham MSCI naik 0,88 poin, atau 0,11 persen menjadi 794,96, dan ditetapkan untuk kenaikan sesi ketujuh dan rekor penutupan tertinggi lainnya. Selain itu, MSCI juga diperkirakan membukukan kenaikan untuk minggu ini.
Lalu STOXX 600 turun 0,13 persen. Anggota Dewan Bank Sentral Eropa, Isabel Schnabel bahkan menganjurkan kehati-hatian mengenai penurunan suku bunga lebih lanjut, setelah kemungkinan penurunan suku bunga pertama pada bulan Juni.
Di Departemen Treasury, imbal hasil obligasi 10-tahun AS yang menjadi acuan naik 4,3 basis poin menjadi 4,42 persen dibandingkan 4,377 persen pada Kamis (16/5).
ADVERTISEMENT
Dolar AS sebagian besar datar terhadap mata uang utama lainnya. Indeks dolar turun 0,02 persen menjadi 104,48, dengan euro naik 0,05 persen pada USD 1,087. Terhadap yen Jepang, dolar menguat 0,18 persen di 155,65.
Mata uang Jepang telah melemah tahun ini karena Bank Sentral Jepang (BoJ) mempertahankan kebijakan moneternya yang longgar, sementara suku bunga AS yang lebih tinggi telah menarik uang ke obligasi AS dan dolar.
Nikel tiga bulan di London Metal Exchange (LME) melonjak 5,2 persen menjadi USD 20,820 per metrik ton pada 1600 GMT setelah menyentuh USD 21,365, tertinggi sejak Agustus 2023.
Tembaga LME naik 2,3 persen menjadi USD 10,662 per ton, terkuat sejak Maret 2022.
Harga emas juga naik 1,5 persen menjadi USD 2,412.83 per ons. Ini beriringan dengan naiknya harga minyak mentah. Minyak mentah AS naik 83 sen menjadi USD 80,06 per barel dan Brent naik 71 sen menjadi USD 83,98 per barel.
ADVERTISEMENT