IPOC 2023: No Palm Oil No Life, Tanpa Sawit Zero Emission Hanya Ilusi

3 November 2023 6:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman dalam pagelaran Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Hotel Westin Bali, Kamis (2/11). dok. GAPKI
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman dalam pagelaran Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Hotel Westin Bali, Kamis (2/11). dok. GAPKI
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman mengatakan, minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati paling serbaguna di dunia dan paling produktif dengan penggunaan lahan paling sedikit. Pasalnya, produk minyak sawit memenuhi kebutuhan hidup penduduk dunia.
ADVERTISEMENT
“Jadi kalau saya bilang, no palm oil, no life karena mulai dari bahan makanan, kosmetik, perawatan tubuh lainnya serta energi yang ramah lingkungan semua menggunakan kelapa sawit,” ungkap Eddy dalam dalam pagelaran Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Hotel Westin Bali, Kamis (2/11).
Apalagi, bioenergi termasuk biofuel memainkan peran penting dalam usaha Indonesia mencapai target transisi energi untuk mencapai zero emission. Saat ini target emisi sudah mencapai 30 persen dan bioenergi merupakan kontributor utama dalam mencapai target tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan (EBTKE) Kementerian ESDM, Yudo Dwiananda Priaadi mengatakan, program mandatory biodiesel merupakan salah satu kunci dalam mencapai penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Untuk mencapai target zero emission, ke depan Indonesia membutuhkan lebih banyak pasokan kelapa sawit. Sebagai program mandatory, implementasi biofuel melalui B35 pada tahun 2023 memiliki alokasi dari domestik sebesar 13,15 juta kilo liter dan diharapkan dapat mencapai 13,9 juta kilo liter pada 2025.
“Hingga September 2023, kontribusi domestik dalam B35 sudah mencapai 8,9 juta kilo liter atau 68 persen serta yang diekspor telah mencapai 121.000 kilo liter,” jelas Yudo.
Direktur Jendral Energi Baru dan Terbarukan (EBTKE) Kementrian ESDM Yudo Dwiananda Priaadi dalam pagelaran Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Hotel Westin Bali, Kamis (2/11). dok. GAPKI
Tidak hanya biodiesel, Indonesia kini tengah mengembangkan penggunaan energi terbarukan lainnya yang berbahan kelapa sawit. Baru-baru ini, pemerintah melalui maskapai pelat merah telah menguji coba bahan bakar pesawat terbang atau bioavtur yang merupakan hasil dari penelitian Pertamina dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
ADVERTISEMENT
“Tes sudah mulai dilakukan dengan pencampuran 2,4 persen bioavtur dalam komposisi bahan bakar pesawat CN-235-220 FTB dan berhasil. Produksi biovatur secara masif akan dilaksanakan pada tahun 2026,” ungkap Yudo.
Merespons Hal tersebut, pelaku usaha menyambut baik upaya pemerintah dalam mengembangkan energi berbasis kelapa sawit. General Manager Green Energy Apical Group, Aika Yuri Winata menyatakan, pentingnya peran perusahaan dalam memperkenalkan pengembangan minyak nabati kepada dunia.
Selain itu Sustainable Aviation Fuel (ASF) bukan hanya masa depan energi terbarukan di masa yang akan datang, namun juga mempertegas kelapa sawit sebagai minyak nabati paling berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dunia di masa yang akan datang.
General Manager Green Energy Apical Group, Aika Yuri Winata dalam pagelaran Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Hotel Westin Bali, Kamis (2/11). dok. GAPKI
“Sektor penerbangan global adalah kontributor penting terhadap emisi CO2, mencakup 3 persen dari emisi pada tahun 2019. Ini juga menjadi salah satu sektor yang paling sulit untuk didekarbonisasi, dengan komitmen untuk mencapai emisi net-zero pada tahun 2050. SAF muncul sebagai alternatif yang paling menjanjikan dan layak untuk bahan bakar pesawat konvensional, mampu mengurangi emisi CO2 hingga 90 persen,” jelas Aika.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Aika menjelaskan Untuk mempercepat adopsi SAF dan melakukan dekarbonisasi perjalanan udara, penting untuk memanfaatkan kekuatan wilayah ASEAN. Negara-negara ASEAN secara kolektif menawarkan lebih dari 16 juta metrik ton minyak limbah dan sisa setiap tahun, dengan bahan baku potensial seperti minyak jelantah, limbah pabrik kelapa sawit, minyak tandan buah kosong, dan distilasi asam lemak kelapa sawit.
Pagelaran Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Hotel Westin Bali, Kamis (2/11). dok. GAPKI
“Saat ini ada tiga hal yang masih menjadi tantangan bagi implementasi SAF di Indonesia dan juga di dunia. Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia dituntut untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit, biaya produksi bioavtur yang masih tinggi dibandingkan dengan fosil serta kebijakan pemerintah yang saling terintegrasi dalam mendukung kebijakan bioenergi khususnya bioavtur sangat diperlukan,” jelas Aika.
ADVERTISEMENT
Terkait ketersediaan pasokan dari kelapa sawit Indonesia di masa yang akan datang, meskipun Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia namun masih menghadapi masalah produktivitas yang jauh dari ideal. Saat ini rata-rata produksi CPO Indonesia hanya 3-4 ton/ha per tahun.
“Untuk memenuhi kebutuhan global maka pentingnya program PSR tidak boleh diabaikan. Tanpa program ini, produktivitas perkebunan kelapa sawit diproyeksikan akan menurun secara serius. Pada tahun 2025, diperkirakan produksi CPO (Crude Palm Oil) hanya akan mencapai sekitar 44 juta metrik ton. Ini menekankan peran penting program ini dalam menjaga keberlanjutan industri tersebut,” tegas Eddy.