Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
IPOSS Terus Dorong Penerbangan Nasional Gunakan Bioavtur Sawit
19 Maret 2024 12:50 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Think tank Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS ) melakukan kick off meeting (19/3) bersama PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) dan Citilink untuk penggunaan bioavtur yang berasal dari inti sawit . IPOSS memiliki memiliki perhatian lebih (concern) atas melimpahnya sawit di Indonesia dan keterlibatan 18 juta penduduk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dewan Pengarah IPOSS, Sofyan Djalil, menyatakan Indonesia tidak perlu khawatir tentang target net zero emission yang akan berdampak pada industri penerbangan nasional. Dengan luas lahan lebih dari 16 juta hektar sawit, maskapai nasional tetap bisa memenuhi SAF (sustainable aviation fuel) yang wajib dilakukan sekitar beberapa tahun mendatang.
“Karenanya kita ingin sawit ini terus memberikan makna dalam kehidupan masyarakat,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (19/3).
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan sangat mengerti atas inisiatif riset lanjutan IPOSS ini. Berdasarkan observasinya, Gen-Z Indonesia sangat mendukung aneka aktivitas perusahaan yang bersahabat dengan lingkungan. Karenanya, selain tuntutan regulasi internasional, Garuda menyambut penggunaan bioavtur.
Garuda bekerja sama dengan Pertamina telah menguji coba penerbangan dengan avtur berkomponen inti sawit itu menjelang akhir tahun lalu. Penerbangan dari Jakarta ke Solo itu berhasil dan tanpa mengalami kendala.
ADVERTISEMENT
Untuk mendukung keinginan mempercepat penggunaan bioavtur, Pengurus IPOSS, Nanang Hendarsyah, menyatakan bahwa riset yang dipimpinnya ini utamanya ditujukan bagi aspek pembiayaan dalam penggunaan bioavtur dari kelapa sawit. Hasil kajian ini, akan menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan baik Pemerintah maupun maskapai penerbangan seperti Garuda dan Citilink.
“Termasuk siapa yang akan menanggung surcharges,” ujarnya.
Maskapai penerbangan internasional diwajibkan untuk menggunakan bioavtur paling lambat tahun 2025, sehingga semua penerbangan diharapkan akan bersahabat dengan alam.