Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Iran Serang Israel, Investor Khawatir Harga Minyak Meroket
3 Oktober 2024 11:17 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Serangan Iran ke Israel memicu kekhawatiran investor akan meroketnya harga minyak dunia.
ADVERTISEMENT
Helima Croft yang merupakan analis RBC Capital Markets, menyebut ketegangan ini berpotensi meluas ke beberapa instalasi minyak di sekitar Iran. Jika nantinya Iran memperluas serangan ke beberapa instalasi minyak yang ada di Semenanjung Arab seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, maka kekhawatiran investor akan lebih besar.
“Iran dan proksinya berpotensi menargetkan operasi energi di wilayah lain di kawasan tersebut untuk menginternasionalkan biayanya jika krisis saat ini berubah menjadi perang habis-habisan,” kata Helima dikutip dari The New York Times pada Kamis (3/10).
Sejauh ini, pemulihan hubungan diplomatik yang dicapai antara Iran dan Arab Saudi pada tahun 2023 tampaknya membantu mencegah tindakan drastis tersebut.
Selain itu, potensi kekhawatiran juga muncul jika nantinya Israel menyerang terminal ekspor minyak utama Iran di Pulau Kharg, Teluk Persia dengan tujuan menghentikan pendapatan minyak Iran.
ADVERTISEMENT
Selama ini, Iran merupakan negara yang berkontribusi atas sekitar dua juta barel per hari, atau sekitar 2 persen dari pasokan dunia.
“Kehilangan pasokan Iran yang signifikan akan terasa di pasar yang lebih luas, karena pembeli China perlu mencari pasokan alternatif, meningkatkan persaingan, dan menaikkan harga,” terang Helima.
Kekhawatiran investor pada harga minyak juga dipengaruhi oleh lemahnya permintaan di Tiongkok dan meningkatnya produksi minyak di Amerika Serikat dan tempat lainnya.
Selama ini pasar menganggap konflik selama setahun di Timur Tengah, hanya membuat pasar sedikit terganggu. Di sisi lain, harga minyak terus turun dalam beberapa bulan terakhir dari harga di atas USD 90 per barel di awal tahun.