Israel Diguyur Pinjaman Rp 121 T untuk Serang Palestina; Bantuan Bos Properti AS

18 November 2023 8:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
Ilustrasi peta Palestina dan Israel. Foto: Rokas Tenys/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi peta Palestina dan Israel. Foto: Rokas Tenys/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Israel mendapatkan guyuran pinjaman atau utang sebesar USD 7,8 miliar atau hampir Rp 121 triliun, untuk mendanai perang mereka di Gaza, Palestina dari berbagai negara yang merupakan sekutunya.
ADVERTISEMENT
"Israel telah mengumpulkan utang sekitar 30 miliar shekel (USD 7,8 miliar) sejak dimulainya perang dengan militan Hamas," tulis Reuters mengutip Kementerian Keuangan Israel.
Sebanyak 16 miliar shekel (mata uang Israel), merupakan utang dalam mata uang dolar yang dikumpulkan melalui penerbitan obligasi di pasar internasional.
Kementerian Keuangan Israel pada Senin (13/11), berhasil mengumpulkan lagi utang 3,7 miliar shekel, dari pembiayaan dalam negeri melalui lelang obligasi mingguannya.
Diketahui, demi membombardir Gaza, Israel menaikkan belanja pemerintahan Netanyahu. Selain itu, Israel juga mengucurkan kompensasi kepada pebisnis yang punya usaha di dekat perbatasan, serta keluarga korban dan sandera.
Di tengah kenaikan tajam belanja pemerintah, namun penerimaan pajak Israel menurun. Akibatnya, Israel mencatat defisit anggaran sebesar 22,9 miliar shekel pada bulan Oktober, melonjak dari 4,6 miliar pada bulan September dan meningkatkan defisit pada 12 bulan sebelumnya menjadi 2,6 persen.
ADVERTISEMENT
Hal ini lah yang memaksa pemerintahan Netanyahu berutang ke negara-negara sekutunya.
Di sisi lain, Netanyahu juga telah berjanji untuk menggelontorkan dana, membantu mereka yang terkena dampak perang. Hal ini diprediksi akan berdampak pada kenaikan defisit anggaran Israel terhadap PDB mereka.
Lembaga pemeringkat kredit telah memperingatkan bahwa mereka dapat menurunkan peringkat Israel jika metrik utang memburuk.
Ada Bantuan dari Bos Properti di AS
Serangan Israel yang didukung sekutu-sekutunya ke Gaza tak hanya berlangsung masif melalui jalur militer. Perang urat syaraf dan kampanye mendukung Israel atau menghajar Hamas, juga berlangsung melalui berbagai strategi komunikasi.
Untuk mendanai perang tersebut, bos properti Amerika Serikat (AS) Barry Sternlicht menghimpun dana hingga ratusan miliar rupiah dan secara khusus mengirimkan proposal kepada para pengusaha terkemuka di dunia.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Fox Business, Jumat (17/11), salah satu konglomerat dunia yang mendapatkan proposal tersebut adalah CEO Warner Bros/Discovery, David Zaslav, CEO Endeavour yang juga agen pencari bakat, Ari Emanuel.
Warga Palestina berkumpul di lokasi serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza 12 November 2023. Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Total ada sekitar 50 konglomerat dunia yang dihubungi Barry Sternlicht. Termasuk eksekutif media David Geffen, mantan CEO Google Eric Schmidt, dan CEO Dell Technologies Michael Dell.
Sternlicht menghimpun USD 50 juta atau sekitar Rp 775 miliar untuk kampanye media yang bertujuan untuk mengampanyekan Hamas sebagai organisasi teroris.
“Opini publik pasti akan berubah karena adegan, nyata atau dibuat-buat oleh Hamas, mengenai penderitaan warga sipil Palestina pasti akan mengikis empati [Israel] saat ini di komunitas dunia,” tulis Sternlicht. "Kita harus mendahului narasinya."
Sternlicht menambahkan bahwa dia mencoba untuk mendefinisikan Hamas sebagai "bukan hanya musuh Israel, tetapi juga lawan bagi Amerika Serikat."
ADVERTISEMENT
Awal peruntungan Sternlicht adalah ketika berhasil membeli ITT Sheraton. Dia pun menjadi bos salah satu hotel terbesar di dunia itu, dalam usia 37 tahun.
Berbekal perusahaan investasi Starwood Capital Group, bisnis Sternlicht terus berkembang. Dia kemudian mengakuisisi Westin Hotels pada tahun 1995. Pria kelahiran New York itu juga sukses membangun brand properti sendiri, Starwood Hotels and Resorts.
Tak hanya mengelola bisnis properti dan hotel di AS, usaha konglomerat properti itu melebar ke berbagai negara dengan merek-merek mewah seperti St. Regis dan Le Meridien.
Bisnis properti-nya kemudian dikembangkan dengan pendekatan baru, yang mengedepankan keberlanjutan (sustainability). Dengan konsep itu, dia mengembangkan 1 Hotels, juga Baccarat Hotels and Residences.